Tahun 2024 memasuki musim hujan, Masyarakat Desa Ciater hendaknya selalu mewaspadai penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) . Pasalnya selama bulan Mei 2024 kurang lebih 10 orang terkena kasus tersebut termasuk Bapak Kepala Desa .
Kepala Dusun Ciater dan Kepala Puskesmas Ciater mengatakan kasus DBD ini sudah termasuk cukup tinggi . Kemudian dari pihak yang terkait langsung mengadakan pertemuan untuk membahas kegiatan Fogging .
"Apalagi saat ini sudah zaman kekinian . Tentunya upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah kasus DBD ini sudah sangat maksimal . Teman-teman dilapangan sudah sangat intensif melakukan upaya pencegahan kasus DBD . Namun kembali lagi kepada kepribadian dan gerakan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekitar," katanya .
Terkait dengan DBD ini tentu semua harus tetap siaga serta waspada walaupun masih dalam penanganan . DBD ini perlu penanganan secara segera dan diagnosanya hampir mirip dengan Covid-19 gejala awalnya .
Menurut Kepala Dusun, upaya-upaya yang dilakukan sekarang ini terkait dengan kasus DBD yang dilakukan serta diagnosa betul-betul positif maka dilakukan Fogging sebagaimana biasa dengan jarak 100 meter titik kasus DBD . Selain itu upaya 3M (Menguras, menutup dan mengubur) terkait dengan gerakan masyarakat juga terus dimassifkan .
"Disinilah sangat diperlukan gerakan semua kalangan masyarakat untuk membersihkan lingkungan sekitar . Paling sederhana itu sebenernya adalah 3M berupa menguras, menutup dan mengubur dengan beberapa kelompok kerja yang ada di Desa Ciater . Sekali lagi, Fogging itu upaya untuk membunuh nyamuk besar dan terbang saja, tetapi kalo jentiknya tidak bisa dilakukan dengan cara Fogging,"
Kepala Desa serta semua elemen yang terkait menghimbau kepada masyarakat agar kembali mengintensifkan kegiatan gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar secara bersama-sama dan saling peka terhadap lingkungan tetangganya . Jikalau kotor bisa saling mengingatkan . Intinya masyarakat saling melihat tempat penampungan air masing-masing . Jangan sampai menunggu jentik, setidaknya 2 hari sekali dikuras .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H