Lihat ke Halaman Asli

Uang Rp. 7.000,- Menjadi Rp. 700.000,? Mustahil?

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13450858391380254773

Pernahkah Anda memikirkan dan terkagum-kagum pada mujizat yang dilakukan oleh Yesus bagaimana 5 roti dan 2 ikan dapat memberi makan 5.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak? Bahkan dari 5 roti tersebut dapat menyisahkan 12 bakul penuh? Ya, itu memang mujizat yang luar biasa, bagi Pencipta tidak ada yang mustahil untuk Dia lakukan. Banyak orang yang tidak punya dasar untuk dipertanggungjawabkan menganggap hal ini hanya sebagai ‘cerita dongeng’, cerita hiperbola, cerita fiksi, dan opini yang lainnya yang tidak mempercayai keajaiban dari pekerjaan Yesus. Tapi apapun itu, Alkitab sendiri sebagai sebuah buku yang bukan sekedar buku biasa, namun merupakan buku/kitab yang berisi firman Allah yang tidak pernah tergantikan dan dibatasi oleh zaman di dunia ini. Keempat penulis Injil pun sama-sama memaparkan mujizat yang dilakukan oleh Yesus dalam tulisan mereka (Mat 14:19; Mr 6:34-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-14). Saya rasa ini sudah cukup membrikan bukti yang kuat bahwa ini adalah sebuah mujizat yang benar-benar terjadi.

Namun bukan mujizat yang dilakukan oleh Yesus pada konteks masa pelayanannya yang akan dibahas dalam artikel ini, namun tidak terlepas dari hal tersebut dan yang menjadi pertanyaan apakah mujizat yang demikian masih terjadi dalam kehidupan orang percaya saat ini? Masih relevankah mujizat di masa sekarang? Terlepas dari pro dan kontra tentang pandangan ini dari para Teolog, namun satu hal yang saya ingin bagikan bahwa Mujizat Masih Terjadi dan akan Terus Terjadi dalam Kehidupan orang yang Percaya kepada Allah sampai pada saatnya Allah mengakhiri segala kehidupan di dunia ini.

Saya memiliki seorang teman baik dan cukup akrab. Latar belakang kehidupannya yang cukup membuat saya tersentuh dan cukup prihatin akan keadaannya. Masih kecil telah ditinggalkan oleh ibunya dan hidup dengan ayahnya. Semakin bertumbuh dewasa semakin memori otaknya dipenuhi dengan tindakan kejahtan yang akan dilakukannya, tentu ini karena hasutan dari beberapa keluarganya yang menceritakan kejelekan ibunya yang telah meninggalkannya. Sampai suatu hari dia didorong oleh keluarganya untuk masuk dunia militer, harapan keluarganya adalah supaya dia nantinya bisa membalas kejahatan ibunya. Dia pun semakin tertarik dan usaha balas dendam itu pun menguasi pikirannya. Sampai pada waktu ayahnya meninggalkan, semakin kuat hal itu mengusai pikirannya. Sehingga dia bertumbuh menjadi anak yang keras (dalam hal ini tingkat emosionalnya yang susah untuk dia kendalikan) dan sulit untuk mengatakan ini dan itu pada dirinya.

Namun satu hal yang sungguh saya syukuri dan sungguh saya kagum akan lawatan Allah dalam hidupnya, dia tetap berpegang pada imannya, meskipun adiknya dan keluarganya kembali pada keyakinan mereka yang semula. Tuhan kini menangkap dia yang sempat terlantar dalam dunia ini. Dia kini bekerja di sebuah lembaga pelayanan Kristen dan kini sudah memasuki semester ketiga di sebuah Sekolah Teologi yang ada di Makassar.

Inilah penggalan cerita yang merupakan sebagian dari kesaksian hidupnya akan kebaikan Tuhan dalam kehidupannya:

Dia bekerja di sebuah lembaga dalam beberapa waktu dengan gaji yang tidak lebih dari Rp. 150.000,/bulan. Kemudian dia dijanjikan untuk melanjutkan sekolahnya oleh pemimpin lembaga tersebut. Suatu hari karena dia tidak jadi untuk disekolahkan oleh sebuah lembaga karena ada hal yang terjadi dan tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. Dia pun diterima sebagai sales salah satu perusahaan yang ada di Makassar, namun dia harus tugas di luar daerah. Sebagai seorang sales tentu dia harus kejar target pemasaran dan harus menghadapi berbagai tantangan dari para konsumen. Dia bersyukur dapat mendapatkan pekerjaan, namun pekerjaan ini cukup menguras dompetnya yang kini isinya pas-pasan untuk biaya sehari-hari, gajian masih lama.

Suatu ketika, seorang pemimpin sebuah lembaga/yayasan Kristen (saat ini) menghubungi dia. Pemimpin ini pun menawarkan dia untuk join di sebuah lembaga yang akan segera dipimpinnya. Namun dia sudah terlanjur bekerja, tapi sang pemimpin memberikan ruang untuk dia berpikir dan memilih serta memutuskannya dengan baik. Semua tergantung pada kepeutusan dia. Akhirnya dia memutuskan untuk join, karena memang dia sudah kenal baik bapak tersebut. Akhirnya lewat komunikasi via telepon dia diminta untuk bisa menjadi pengawas dalam pembangunan gedung kantor yayasan yang segera akan dibangun.

Tentunya hal ini memberikan harapan yang besar bagi dia, tapi jarak antara tempat indekosnya dan lokasi yang akan dia tinggal sebagai pengawas cukup jauh. Inilah yang menjadi masalahnya, uang didompet tinggal Rp. 7.000,. pertama-tama dia harus kerumah temannya dan tentu ongkos dari Rp. 7.000, tersebut akan berkurang. Waktu dia akan menuju ke lokasi tersebut, uangnya sisa Rp. 3.000, dan itu adalah uang pas untuk menuju ke lokasi. Namun untuk mendapatkan angkot yang menuju ke sana, harus disebuah jalur angkot yang khsus trek ke lokasi tersebut. Masalahnya, itu masih jauh dari tempat di mana dia saat itu. Dengan terpaksa dia harus memutar otak, akhirnya dia putuskan untuk berjalan kaki yang kira-kira berjarak 3 kilo untuk mendapatkan angkot yang trek ke lokasi tujuan. Dan akhirnya singkat cerita sampailah dia ke tujuan. Kemudian dia pun bertemu dengan bapak tersebut dan dia diminta untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang ada di dalam lokasi. Bapak itu kemudian bertanya sama dia, karena sama sekali dia tidak membawa apa-apa. Saat itu juga bapak tersebut meminta dia untuk mengambil pakaiannya di tempat kosnya, itu artinya dia harus kembali lagi dengan membutuhkan ongkos. Tapi uang Rp. 3.000, adalah unag terakhirnya yang telah dipakainya untuk ongkos ke lokasi dan sama sekali sesen pun sekarang dia tidak punya. Tanpa menunggu jawaban dari ‘anak’ ini, bapak ini melanjutkan ucapannya untuk supaya dia naik taksi saja.

Dengan rasa berat juga dia sampaikan kepada bapak tersebut, “tidak usah pak, kalau boleh saya pakai motorya ibu saja.” Akhirnya dia pun berangkat dan kembali dengan sukacita. Yang menjadi luar biasanya adalah, mujizat yang pernah dilakukan Yesus tentang 5 roti dan 2 ikan terjadi dalam hidupnya. Beberapa hari kemudian dia mendapatkan gaji Rp. 700.000,-. Harapan yang semulanya hampir pupus kini telah kembali. Dari Rp. 7.000, menjadi Rp. 700.000,. Dalam Alkitab angka tujuh memang adalah angka yang ‘sempurna’. Saya rasa kesaksiannya ini adalah kesaksian yang sungguh sempurna dapat memberkati orang-orang untuk tidak meragukan Tuhan dalam hidupnya. (Tentu angka 7 ini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang menghubungkan angka-angka seperti kebanyakan orang yang percaya akan mitos demikian, namun ini hanya penjelasan akan keberadaan angka 7 dalam Alkitab).

Teman saya ini, sampai sekarang bekerja di sebuah lembaga Kristen yang dipimpin oleh bapak tadi. Meskipun serangan-serangan masa lalunya masih kadang mengahantuinya, namun dia telah berusaha untuk mengampuni ibunya. Dia telah pernah mengunjungi ibunya dan tidak lagi menyimpan kesalahan masa lalunya. Meskipun ibunya masih tidak dapat menerimanya secara baik karena keluarga ayahnya yang masih membenci ibunya sampai sekarang. Sampai sekarangpun keputusannya untuk menjadi hamba Tuhan masih mendapat tantangan dari keluarga ayahnya, karena mimpi keluarganya supaya dia masuk dalam militer telah pupus. Suatu rencana Tuhan yang begitu Agung, dia tahu mana yang terbaik dan mana yang tidak. Sebab bukan manusia yang harus menentukan masa depan kita, tetapi Tuhan sendiri. Demikian kata Mzm. 118:8 “Lebih baik berlindung pada Tuhan, daripada percaya kepada manusia.”

Jadi Rp. 7.000, menjadi Rp. 700.000, adalah hal yang kecil bagi Tuhan. Asal percaya kepada-Nya, apapun dapat Anda terima darinya yang sesuai dengan kehendak-Nya. Asal jangan bergantung pada mujizat tetapi bergantung pada Allah, pembuat mujizat itu. For with God nothing is impossible.

Kiranya mujizat yang diaalami oleh saudara kita tersebut dapat semakin menguatkan iman kita dan memberikan kita semangat untuk tetap percaya akan Tuhan Yesus. Gbu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline