Salah satu ciri utama kehidupan pada masa sekarang dan masa mendatang adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam lingkungan kehidupan manusia.(Djamaludin Ancok:2001).
Pertanyaaan yang tertulis dalam judul di atas pernah penulis dengar pada suatu seminar pendidikan matematika dengan tema mencari metode yang tepat dalam mengajar matematika yang dilaksanakan di UIN Bandung tahun 2006.
Seiiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, membawa perubahan yang sangat besar terhadap semua aspek, termasuk dunia pendidikan. Pada zaman sekarang guru dituntut untuk melakukan perubahan dalam cara menyampaikan materi kepada anak dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan perkembangan zaman. Guru boleh menggunakan metode sendiri untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha meningkatkan keberhasilan pendidikan, atau dengan menggunakan metode yang ditemukan oleh para ahli yang sudah diteliti berdasarkan metode penelitian ilmiah.
Perubahan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan tuntutan kepada guru untuk lebih menyesuaikan metode mengajar anak dengan lebih tepat. Pada kurikulum KTSP (Kurukulum Tingkat Satuan Pelajaran), guru dituntut melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kondisi anak didiknya, dan lebih meningkatkan peranan siswa dalam menggali sumber ilmu. Kondisi ini menuntut guru untuk melakukan perubahan metode dalam mengajar, guru harus bisa memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran. Selama ini sebagian besar guru hanya melakukan pembelajaran hanya menggunakan metode konvensional seperti ceramah atau ekspositori, padahal dengan metode konvensional ini keterlibatan siswa dalam menggali sumber ilmu sangat kurang, mereka hanya mengandalkan apa yang mereka terima dari guru dan tidak berusaha sendiri untuk mendapatkan ilmu yang mereka gali dari sumbernya selain dari gurunya.
Kendala yang terjadi saat ini adalah banyak guru yang belum mengetahui berbagai macam metode-metode pembelajaran kontemporer yang berkembang, bahkan sebagian dari mereka mungkin malas untuk menggali kembali ilmu pendidikan karena mereka beralasan dengan metode konvensional pun mereka tetap bisa mengajar. Bahkan walaupun pemerintah sudah mengubah kebijakan dengan mengganti kurikulum pendidikan dengan yang terbaru (KTSP), masih banyak yang tidak mengerti apa itu kurikulum KTSP. Hal ini mungkin terjadi karena sosialisasi yang disampaikan oleh pemerintah tidak sampai kepada guru, apalagi guru yang ada di daerah. Pelatiahan-pelatihan yang dilakukan pemerintah pun tidak semua guru dapat mengikutinya. Mungkin inilah yang menyebabkan terlontarnya pernyataan bahwa guru adalah sosok yang susah untuk berubah.
Kendala lain yang mungkin menghambat aktualisasi cara pembelajaran yang seharusnya disesuikan dengan perkembangan zaman adalah karena serba terbatasnya fasilitas atau sumber ilmu yang dimiliki oleh lembaga pendidikan, seperti buku-buku pelajaran, alat peraga dan sarana prasarana yang lainnya. Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa para guru merasa kesulitan untuk mengubah metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Sudah seharusnya untuk saat ini guru mulai memikirkan perubahan atau cara terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, sebab saat ini masalah yang dihadapi semakin komplek dan tidak bisa dibendung akibat arus informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Godaan demi godaan yang dating kepada anak didik yang diakibatkan dari sampainya informasi kepada mereka lewat teknologi yang di milikinya, kadang-kadang akan mengalahkan ajakan atau perintah dari seorang guru kepada anak didik. Hal ini tentu sangat penting utuk disikapi karena akan mengalahkan kewibaan guru dihadapan anak didiknya, sehingga proses penyampaian materi pembelajaran kepada anak didik menjadi terhambat.
Anak didik akan cenderung mengikuti hal-hal yang mereka temukan sendiri, misalnya dari hasil tontonan yang ada di televisi (sinetron) yang belum tentu benar dan sesuai dengan norma, bahkan lebih menonjolkan sikap-sikap materialism yang justru bukan membantu anak untuk lebih meningkatkan semangat belajar tapi malah sebaliknya. Mereka hanya memperhatikan penampilan yang kadang-kadang akan menyedot perhatiannya ketimbang mereka harus memperhatikan pelajaran yang akan mereka terima.
Guru sebaiknya harus bisa mengarahkan agar anak didik memiliki kesadaran untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Sebab apapun yang mereka lakukan, kalau dilandasi dengan kesadaran mereka untuk melakukannya, maka mereka akan dengan sukarela menjalankan semuanya termasuk kesadaran mereka sebagai anak didik yang seharusnya hanya bertugas untuk belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H