Lihat ke Halaman Asli

Agus Mbedun

seorang pembelajar yang suka berbisnis

Tradisi "Ngirab kebo (Kerbau)" di Kota Solo

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1414422793334644012

[caption id="attachment_331470" align="alignleft" width="300" caption="kirab kebo(kerbau)"][/caption]

Budaya “Ngirab Kebo” dikota Solo
Tahun baru Islam satu muhharam 1436 barus aja kita lewati tepat ditanggal 25 Oktober kalender Masehi. Tahun baru islam biasa dikenal oleh masyarakat jawa dengan sebutan malam satu suro dimana pada malam itu semua benda pusaka dimandikan doleh pemiliknya hal ini bertujuan untuk menjaga keabsahan dan nilai mistik serta membersihkan benda keramat yang dianggap pusaka itu dari gangguan gangguan makhluk astral yang ingin menempel pada benda tersebut cara memandikannya pun cukup unik dan berbeda, yaitu antara lain harus dengan bunga tujuh rupa, membakar kemenyan, serta ada juga yang memberikan sesembahan berupa jajanan pasar yang menurut keyakinan orang jawa, hal ini bertujuan untuk menjamu para makhluk astral disana.

Bukan hanya benda pusaka yang dimandikan, bahkan banyak diantara masyarakat Jawa memanfaatkan malam satu suro untuk mandi kembang, bertapa, ritual kungkum sampai berjalan ditengah dinginnya malam hal iini juga dimaksudkan untuk membersihkan diri dari godaan dan ganguan yang tidak baik.
Dibulan suro masyarakat jawa dianjurkan untuk tidak menggelar hajatan karena pada bulan ini menurut keperdcayaan oang jawa sedang ada hajatan besar dalam dunia ghaib sehingga setiap orang yang nekad untuk menyelenggarakan hajatan dibulan suro akan ada halangan dan malapetaka bagi keluarga yang punya hajat. Tapi sekali lagi jika semua itu bener terjadi itu semua adalah takdir Allah SWT.

Memang tradisi seperti ini sudah berjalan sejak ratusan tahun, yakni dimulai sejak tahun 1600 an pada masa kejayaan kerajaan keraton solo masih berjaya dan dikuasai seorang humengkubuwono. Keunikan dalam tradisi perayaan malam pergantian tahun islam atau malam satu suro dikota surakarta yaitu adanya kirab kerbau, kerbau ini sering disebut oleh masyarakat sekitar dengan kerbau bule keturunan kyai slamet. Banyak orang yang berdatangan hanya sekedar mengambil kotoran kerbau itu (letong kerbau) untuk disimpan dirumah, katanya seseorang yang menyimpan sesuatu darui hasil kiraban malam satu suro ini akan dipenuhi keberkahan lancar dalam rziki, lancar dalam jodoh dan lain lain. Tapi menurut pandangan saya semua itu tergantung si pemilik, kalau dia yakin dengan semua keajaiban yang disuguhkan benda tersebut malah terjerumus ke hal musyik yang menyekutukan allah.

Kirab malam satu suro adalah hal yang lazim dan tentu tak boleh dilewatkan oleh masyarakat kota solo dan sekitarnya. Kirab ini menghadirkan beberapa ekor kerbau milik keraton solo yang diyakini sebagai keturunan kyai Slamet kerbau kerbau itu dikirab mengelilingi daerah sekitar keraton solo dengan didampingi para abdi dalem keraton solo serta pawang kerbau itu sendiri kirab dimulai dari alun alun kidul (kandang kerbau) kemudian dikirab menuju depan Bank Indonesia sampai depan benteng vasterburg dan daerah lain pada waktu kirab jalanan dipenuhi ratusan hingga ribuan para penonton yang ingin menyaksikan kirab ini walaupun kirab sendiri dilakukan pada waktu malam hari tepat pada pukul 1 malam hingga pukul 02.00 dini hari.
Tradisi kirab ini sebenarnya tidak hanya dilakukan disolo, dijogjakarta juga ada, namun disana tidak menggunakan kerbau untuk dikirab hanya menggunakan media tumpenggunungan yang dibagi bagikan kepada para penonton. Diyakini oleh masyarakat jawa barang hasil kirab ini dapat melancarkan riski bagi mereka yang mendapatkannya langsung pada waktu kirab. Namun semua kembali pada keyakinan masing-masing individu semua itu dapt terjadi karna kekuasaan Allah SWT, jadi anggapan yang menganggap benda itu mempunyai nilai mistik hanyalah suatu kepercayaan boleh percaya boleh tidak. Hehe

Semoga postingan ini membantu pemahaman mengenai Kirab malam satu Suro dikota solo bagi para pembaca yang budiman,...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline