Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Ngelawang, Tradisi " Unik" saat Hari Raya Galungan dan Kuningan di Desa Tukad Mungga

Diperbarui: 9 November 2021   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan hari raya / perayaan suci yang ditunggu - tunggu oleh krama bali semua yang beragama hindu. Hari raya galungan dan kuningan ini jatuh setiap hari rabu, Galungan dan kuningan dalam satu tahun itu dilaksanakan sebanyak dua kali. Hari raya galungan dan kuningan memiliki banyak makna bagi krama bali salah satu makna terbesarnya adalah sebagai pembuktian dimenangkannya perang antara Dharma melawan Adharma. 

Oleh karena itu para krama bali khususnya yang beragama hindu sangat antusias untuk menyambut hari raya ini sebagai salah satu hari raya terbesar bagi krama bali. Walaupun kondisinya saat ini di bali masih di selimuti oleh keadaan yang tidak meng-enakan, ya pada tahun ini kita terpaksa melaksanakan galungan dan kuningan dengan keadaan ditengah pandemi yang tidak ujung usai. 

Dampak dari pandemi tentu sangat berasa bagi krama bali apalagi saat digelarnya suatu upacara " Dewa Yadnya " salah satunya yang akan kita laksanakan besok pada hari rabu tanggal 10 November 2021 adalah Hari Raya suci Galungan dan Kuningan. Hal ini membuat para krama bali melaksanakannya dengan mematuhi protokol kesehatan yang sudah dibuat oleh pemerintah dan juga harus mematuhi segala surat edaran yang sudah dibuat olah PHDI yang telah dikeluarkan dari enam bulan lalu, yang dimana isinya adalah tentang peraturan dan protokol kesehatan yang harus dilakukan ditengah Pandemi ini.

Para Krama Bali juga harus bisa mengkondisikan hal tersebut, dalam artian kita tidak boleh menggunakan ego kita sendiri. Kita sebagai krama bali yang bijak harus bisa menurunkan ego demi kepentingan bersama, agar bisa tercapainya pelaksanaan Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan besok. Di setiap desa yang ada di bali pasti juga sangat kesulitan untuk melaksanakan Hari raya Galungan dikarenakan kondisi covid seperti ini. 

Tetapi jangan biarkan pandemi ini menyurutkan semangat kita para krama bali untuk melaksanakan upacara - upacara yadnya yang ada, sebagai krama bali kita harus saling menguatkan satu sama lain agar bisa melaksanakan segala upacara - upacara yadnya, entah itu upacara Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, dan Bhuta Yadnya.

Makna dari hari raya suci galungan dan kuningan ini adalah tidak lain sebagai refleksi diri, dan juga sebagai renungan kepada diri kita sendiri. Tidak semata - mata pada saat hari raya galungan kita sembahyang ke pura - pura, kita juga harus bisa menjadikan itu pedoman bagi diri kita sendiri, refleksi apakah sudah baik atau masih kurang, jika masih kurang kita sebagai umat hindu harus bisa meningkatkan spiritual kita agar bisa lebih dekat dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.  

HAL - HAL YANG BIASANYA DILAKUKAN PADA SAAT HARI RAYA SUCI GALUNGAN DAN KUNINGAN.

1. Melakukan atau membuat penjor

Membuat penjor sudah menjadi tradisi para krama bali khususnya yang beragama hindu pada saat hari raya suci galungan dan kuningan. Penjor biasanya dibuat menggunakan bahan seadanya atau bahan - bahan yang dihasilkan dari alam sebagai contoh yang paling sering digunakan atau paling sering dipakai adalah Tiing atau dalam bahasa indonesianya adalah bambu. Bambu yang digunakan disini adalah bambu besar dengan ukuran diameter tertentu dan tinggi tertentu. Penjor biasanya juga dilengkapi atau dihiasi oleh berbagai macam hiasan, yang paling umum adalah berisi busung.

2. Membuat makanan khas yaitu " Lawar " 

Para krama bali pada saat hari raya galungan dan kuningan sudah pasti akan membuat makanan khas yaitu Lawar. Lawar merupakan makanan khas bali yang biasanya dibuat pada saat acara - acara tertentu. Lawar biasanya dibuat menggunakan Nyuh atau dalam Bahasa Indonesianya Kelapa. Kelapa tersebut diparut terlebih dahulu kemudian akan diberi bumbu - bumbu khas dan diisi daging. Daging yang diisi bisa daging Celeng atau babi, bisa juga daging kebo atau daging kerbau, dan masih banyak lagi daging yang bisa digunakan untuk membuat lawar.

Dua hal tersebut adalah hal yang sudah menjadi kewajiban juga untuk para krama bali disaat menyambut hari raya suci Galungan dan
Kuningan. Terlepas dari kedua hal tersebut di desa Tukad Mungga memiliki hal - hal unik atau tradisi unik yang dilaksanakan tepat sehari sebelum hari raya suci galungan dan kuningan yaitu Tradisi yang dinamakan " Ngelawang ". belum bisa dipastikan sejak kapan tradisi ini pertama kali dilakukan, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline