[caption id="attachment_380509" align="aligncenter" width="600" caption="ical & agung laksono (rakanews.com)"][/caption]
Perseteruan yang belum menemui jalan penyelesaian, memantik pertanyaan besar bagi kita, siapakah orang kuat dibelakang masing-masing kubu? Pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Melihat history pertarungan di tubuh partai golkar, mulai dari urusan munas hingga penentuan arah partai rasanya tidak pernah berlarut-larut hingga melelahkan banyak pihak. Golkar yang kita kenal piawai dalam bermain politik pecah pangung dan permainan dua kaki, serta kental dengan kompromi politik, rasanya hal itu sudah tidak kita temukan lagi saat ini.
Pertarungan politik dimulai dengan perseteruan dan upaya blocking kubu Agung Laksono pada helatan munas Partai Golkar di Bali yang lalu dan membuat perseteruan semakin tajam. Tidak terima kubunya di block oleh kubu Ical, lantas mereka mengelar Munas tandingan di Ancol. Masing-masing munas yang digelar oleh dua kubu diklaim keabsahannya, dan menempatkan Ical sebagai ketum versi munas Bali, dan Agung Laksono sebagai Ketum versi munas Ancol.
Kondisi inilah yang membuat kita penasaran untuk mencoba melakukan pemetaan kekuatan masing-masing kubu.
Kubu Agung Laksono
Kubu Agung Laksono yang sedari awal menyatakan secara tegas akan memboyong Golkar untuk gabung dalam Koalisi Indonesia Hebat membuat dugaan kita semakin mendekati kebenaran. Keberadaan Jusuf Kalla (JK) sebagai Wakil Presiden RI menguatkan dugaan alasan merapatnya Golkar kubu Agung Laksono. Kendati JK tidak berada dalam struktural Partai Golkar, namun JK tetaplah JK seorang kader kawakan Golkar yang telah memiliki pendukung solid dalam partai golkar.
Merapatnya Golkar kepada Koalisi pendukung pemerintah ini penting bagi JK. Posisi Golkar yang memiliki kurang lebih 90 kursi di parlemen ini penting bagi kelompok JK untuk merebutnya. Selain itu keberadaan JK sendiri dalam pemerintah mengalami kesulitan. Kendati posisinya sebagai Wakil Presiden, namun akan resisten terjadi gonjangan jika JK tidak disokong oleh partai yang loyal dalam mendukung keberadaannya. Kendati saat itu JK diusung oleh PKB namun bagi JK posisinya belumlah kuat dalam melakukan bargaining dengan partai pendukung pemerintah.
Dengan demikian, hal yang paling logis adalah bagaimana caranya dapat mengeser golkar yang semula sebagai oposisi menjadi koalisi pemerintah. Selain memperkuat posisi JK dalam pemerintahan dengan segala kebijakan yang akan ia ambil, juga akan menguatkan bargaining JK dalam pemerintahan dalam menentukan arah. Isu matahari kembar dalam pemerintahan bisa saja terjadi jika niat JK untuk menguasai Golkar melalui Agung Laksono ini mulus.
Kubu Abu Rizal Bakrie (ICAL)
Suasana Partai Golkar semenjak dibawah kepemimpinan Ical memiliki warna berbeda, selain memiliki pendanaan yang mapan, juga berjalan statis dan tidak terlalu terjadi dinamika yang berarti dibanding dengan Ketum sebelumnya. Kondisi ini bukanlah rahasia umum dipublik, bahwa pendanaan lebih besar di backup oleh ARB, sehingga tingkat ketergantungan Partai dan kadernya sendiri sangat tinggi. Bagi Ical sendiri, posisinya sebagai Ketum Golkar sangatlah penting, mengingat banyak kasus seperti Lapindo, dan Pajak masih belum clear sepenuhnya.
Dengan menjadi Ketum di Partai Golkar maka posisi tawar Ical masih tinggi, karena tidak bisa dinafikkan suara Golkar di parlemen masih menjadi penentu dalam setiap pengambilan keputusan. Selain itu, posisi Ketua DPR yang saat ini dijabat oleh Setya Novanto yang juga loyalis Ical membuat keputusan untuk mempertahankan golkar dibawah Ical sangat penting.
Dalam pertarungan perebutan Kekuasaan ini Ical sepertinya tidak bermain sendiri, namun juga kemungkinan di backup oleh kekuatan yang juga patut diperhitungkan. Ada beberapa peristiwa yang kita rekam dalam perjalanan perseteruan ini. Pertama, ketika pertarungan dalam tubuh golkar, pada tempat yang lain antara JK dan Luhut B. Panjaitan oun terhadi perseteruan tidak kalah sengit perihal peranan lembaga staf kepresidenan yang perannya diperluas oleh Jokowi. Memang perseteruan ini tidak berkaitan secara langsung mengenai golkar, namun patut kita cek, sesama senior golkar kenapa berseteru berebut peranan?
Kedua, ketika pada awal-awal Jokowi berada di istana, tercatat lebih dari satu kali ical berkunjung ke Istana untuk melakukan pertemuan dengan Luhut Panjaitan, sementara yang kita tahu bukan kah Ical seteru nomer dua setelah Prabowo dalam pilpres kemarin?. Ketiga, ketika Jokowi menghadapi tekanan politik akibat perseteruan KPK dan Polri, pihak Jokowi melakukan gelar pertemuan antara Jokowi dan Prabowo, tentunya juga atas inisiasi tim Jokowi dan adanya deal-deal politik diantara keduanya yang saling menguntungkan.
Pada intinya, orang yang paling berkepentingan dalam kubu Ical adalah Luhut B Panjaitan. Selain sebagai senior mereka di Golkar, Luhut yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan tentu memiliki peran penting dalam mengelola konflik dalam tubuh partai Golkar, dan untuk menguatkan posisi tawarnya dalam berbagai hal kepada Jokowi.
Apa Kepentingan Bagi Jokowi?
Dalam perseteruan ini, Jokowi juga memiliki kepentingan besar didalamnya. Desakan politik dari partai pendukungnya membuat Jokowi berfikir untuk memanfaatkan konflik yang terjadi antara KMP dan KIH. Tekanan politik yang didapatkan oleh Jokowi ketika pencalonan BG sebagai Kapolri merupakan bukti kongrit betapa pusingnya Jokowi dalam mengambil keputusan. Public yang terus menerus meminta membatalkan pelantikan BG, tidak menyurutkan tekanan PDIP untuk segera melantik BG sebagai Kapolri, hingga Jokowi mengundang pentolan KIH Prabowo untuk memberikan dukungan kepada keputusannya. Wal hasil dari pertemuan itu Pihak KIH secara terbuka memberikan dukungan kepada Presiden atas apapun keputusan yang dia ambil. Kontan setelah pertemuan itu, KMP mengelar pertemuan dan menghasilkan sebuah keputusan untuk mendukung keputusan apapun keputusan yang akan diambil Presiden, sekaligus mentasbihkan bahwa secara tersirat KMP memberikan ruang kepada Jokowi jika suatu saat akan mengandeng, atau justru berpindah dari KIH ke KMP.
Merapatnya Golkar kepada Jokowi via Luhut Panjaitan, sejatinya merupakan stategi bagi jokowi untuk mengukuhkan manajemen konflik yang dimainkannya. Dikhawatirkan jika Golkar berhasil direbut oleh Agung Laksono maka kekuatan dan bargaining position JK akan semakin kuat. Selain itu, jika Golkar berhasil dimenangkan oleh kubu Agung Laksono, maka kekuatan konflik semakin tidak imbang, karena sudah jelas peta politik parlemen akan dikuasai oleh KIH. Jelas bagi Jokowi ini merupakan ancaman bagi dirinya, karena akan mudah ditekan oleh partai pendukungnya sebagaimana praktik pencalonan BG yang lalu.
Catatan analisa ini sejatinya belum dapat di uji secara empiris, karena analisis ini barulah sebuah analisa kemungkinan-kemungkinan dengan pendekatan berbagai situasi beserta indikasinya. Bisa saja benar, namun bisa saja salah, tergantung perkembangan situasi politik dilapangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H