Lihat ke Halaman Asli

Ini Saatnya Kerja Pak Presiden, Hentikan Simbol-simbol Politikmu

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14144688841909478121

[caption id="attachment_369929" align="aligncenter" width="600" caption="sumber: bisnis.com"][/caption]

Siapa yang tidak tahu kalau Jokowi gemar bermain simbol-simbol politik. Entah untuk mengirimkan signal kepada rakyatnya, lawan politiknya, atau juga strategi yang ingin dilancarkan. Sejak semula perjalanan politiknya, Jokowi selalu gemar bermain simbol. Permainan simbol yang dibangun Jokowi selalu saja melatar-belakangi segala tindakannya dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.

Dari Rumah Si Pitung Hingga Pelabuhan Pelindo

Jauh sebelum dilantik menjadi Presiden ke-7 Jokowi kerap mengunakan simbol-simbol dalam menyampaikan pesan politiknya. Hal ini diakui oleh banyak kalangan sebagai bagian dari ciri khas Jokowi, yang memang masih jarang dilakukan oleh banyak politisi. Pengunaan simbol-simbol dan momentum politik dalam menyampaikan pesan politik, kerap dijadikan bahan perbincangan masyarakat, dan menjadi pokok diskusi yang menarik. Pesan yang ingin disampaikan oleh Jokowi ini memang efektif dalam meyakinkan persepsi publik akan pemandangan dan misi Jokowi dalam memberikan keyakinan pada konstituenya. Namun demikian, pengunaan simbol-simbol ini oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai sebuah pencitraan belaka.

Mungkin masih belum lengkang dalam ingatan kita, ketika Jokowi ditetapkan sebagai calon yang akan diusung oleh PDIP sebagai bakal calon presiden. Jokowi sengaja memilih rumah si pitung untuk mendeklarasikan pencalonannya, dengan segala proses dramatisasi politik yang dia lakukan, sanggup menyedot perhatian masyarakat luas, dengan membangun persepsi bahwa Jokowi adalah pejuang bagi rakyat kecil yang di identikkan dengan si pitung.

Setelah proses penetapannya, ketika hendak melakukan pendaftaran ke KPU serta menunjuk JK sebagai pasangannya, Jokowi kembali membangun simbol dan mengambil momentum perjuangannya dengan mendeklarasikan dirinya dan pasangannya di Gedung Joang. Simbol ini kembali dilancarkan Jokowi untuk menyedot perhatian masyarakat untuk kembali memberikan keyakinan kepada calon pemilihnya bahwa dia selalu meneladani perujuangan pahlawan sekaligus mengedorsement dirinya sebagai pejuang rakyat kecil.

Setelah hiruk pikuk Pilpres usai dan penetapan kemenanganya melalui hasil quick count, kembali Jokowi JK mengelar syukuran sekaligus melakukan pidatodi monumen proklamasi, dan lagi-lagi mengendorsment bahwa dirinya lekat dengan perjuangan bangsa. Setelah penetapan dan peresmian hasil KPU kembali jokowi berpidato atas kemenangannya diatas kapal Pinisi, namun hal ini disampaikan dalam rangka meyakinkan kepada public dia komitmen akan visi dan misi kemaritiman yang selama ini dia dengungkan. Dan yang terakhir kembali Jokowi mengerus perhatian public dengan mengelar arak-arakannya usai pelantikan dirinya sebagai presiden RI ke 7. Dalam hal itu dia ingin meyakinkan kepada masyarakat, bahwa dialah presiden yang tidak berjarak dan dekat dengan rakyatnya.

Tentunya simbol-simbol dan momentum politik yang diambil oleh jokowi tersebut merupakan bagian dari strategi politiknya. Jokowi yang kita kenal saat ini, dalam menapaki perjalanan politiknya, memang tidak begitu mulus. Dari mulai pencalonan sebagai gubernur DKI yang tidak mendapatkan dukungan secara mutlak dari parpol mampu memenangkan pertarungan politiknya dengan didukung oleh relawan, dan strategi labelingnya.

Dalam khasanah politik multi party yang berlaku di Indonesia, kasus kemenangan Jokowi ini bukanlah sesuatu yang membuat jokowi “happy”, karena arus lawan elit politiknya lebih besar dari yang mendukungnya. Dengan demikian, penting bagi jokowi untuk mengerus pembelaan public atas kepemimpinannya yang kita kenal sebagai “people power”. Kekuatan people power ini nampaknya mujarab dalam membendung lawan politiknya untuk mengerus kepemimpinannya.

Saat nya Pak Jokowi Bekerja Nyata, dan Berhenti Bermain Simbol

Dengan dilantiknya Jokowi menjadi Presiden periode 2014-2019 dan telah dilantiknya kabinet kerja, sudah seharusnya Jokowi mulai memimpin untuk mengimplementasikan visi dan misi politiknya yang telah dijanjikan kepada Rakyat. Dengan dukungan yang diberikan rakyat kepada Jokowi, hendaknya dipahami sebagai suatu amanah dan tugas kebangsaan yang harus segera diwujudkan. Kabinet yang diberi nama Kabinet Kerja, memiliki sebuah nilai yang teramat penting untuk diaplikasikan. Kata “Kerja” memiliki makna bergerak, itu artinya, kabinet Jokowi harus bergerak lebih cepat, lebih kencang untuk segera melakukan pembenahan-pembenahan dalam seluruh sektor.

Pekerjaan rumah terbesar Jokowi saat ini adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat, melalui optimalisasi sumberdaya dan kekayaan alam yang terkandung dalam negeri ini. Hendaknya Jokowi mampu mengelola kekayaan alam ini dengan baik dan efektif.

Agenda Revolusi Mental yang menjadi jargon politik Jokowi harus segera dilakukan, dalam tataran kerja, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Keinginan dalam mewujudkan sebuah cita-cita besar bangsa tidak boleh berhenti pada tataran dialektika jargon semata. Namun harus betul-betul di impementasikan dalam sebuah gerakan yang mampu melakukan sebuah perubahan yang signifikan.

Politik simbolis yang dimainkan jokowi hendaknya mulai segera di hentikan sebelum masyarakat berfikiran itu hanya pencitraan belaka. Rakyat sejatinya telah bosan politik pencitraan yang dilakukan oleh Presiden SBY dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sehingga saya kita akan sangat tidak penting jika hal itu diulang kembali meskipun dalam model dan bentuk yang berbeda. Kabinet Kerja hendaknya harus mulai melipat lengan bajunya, dan berpeluh keringat untuk bekerja siang dan malam untuk segera memberikan pembuktian kepada rakyat atas janji-janjinya. Jika hal ini tidak dilakukan, bukan hal yang mustahil rakyat akan mempertanyakan kemampuan kabinet kerja, dan berfikir untuk mencabut mandatnya.

Jokowi yang dalam perjalanannya mengandalkan partisipasi publik dalam mendukung kemenangannya, hendaknya tidak main-main dengan kepercayaan yang diberikan. Tantangan terbesar yang dihadapi Jokowi saat ini adalah sesegera mungkin membuat sebuah perubahan yang mendasar, dan langsung dapat dirasakan oleh rakyat. Dengan demikian politik simpati yang dibangun tidak luntur namun semakin menguat. Dan akhirnya, saya ucapkan selamat bekerja dan berkarya, semoga cita-cita mensejahterakan rakyat dengan penuh rasa keadilan dapat diwujudkan (AP).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline