Indonesia memiliki keindahan yang sangat luar biasa terkadang kita tidak menyadarinya seperti alamnya, budayanya, suku, ras, agaamanya dan yang lainnya, tergambar dari sabang sampai merauke, dan disini saya menemukan hal unik tentang simbol Bhineka Tunggal Ika yang berada di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.
Saksi bisu sebuah Candi peninggalan kerajaan Hindu yang berdampingan dengan sebuah makam penyebar agama islam merupakan simbol kebhinekaan, ketika kita diberbenturkan masalah perbedaan agama. Candi Cangkuang dan Makam penyebar agama islam Mbah Dalem Arif Muhammad bisa menjadi referensi supya kita tetap saling menghargai antar umat beragama, dengan cara saling mengharagai atas kepercayaannya masing-masing.
Tetapi sebelumnya, kita cari dulu apa hubungannya Candi Cangkuang dengan Makam Mbah Dalem Arief Muhammad posisinya bisa berdampingan yang jarakanya kurang lebih 2 sampai dengan 5 meter yang hanya terhalang pagar besi, ketika Candi itu sudah menjadi Cagar Budaya. Apakah waktu mereka yang berkunjung untuk berziarah tidak merasa terganggu dengan keberadaan Candi juga sebaliknya, ketika umat Hindu sedang beribadah tidak merasa risih dengan keberadaan Makam yang berada disampingnya?.
Sebelumnya kita buka dulu gambarannya tentang apa yang ada di Kampung Pulo dimana Candi Cangkuang juga Makam Penyebar Agama Islam sampai dengan Rumah adat Kampung Pulo juga Desa Wisata, bahkan pulau-pulau kecil disana terdapat makam para pengikut dari Eyang Mbah Dalem Arief Muhammad dalam menyebarkan Agama Islam.
Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah Candi peninggalan kerajaan agama Hindu pada abad ke-8, ditemukan sekitar tahun 1966 oleh tim sejarah Leles Garut dan beropearasi sampai sekarang yang dikelola oleh Disparbud Garut yang merupakan bagian dari Cagar Budaya Banten seperti halnya makam-makam penyebar agama islam yang berada di lokasi Kampung Pulo (Pulau), Pulo Leutik, Pulo Wedus, Pulo Panjang yang dikelilingi oleh Danau (Situ Cangkuang).
Disekitaran Candi Cangkuang terdapat pohon Cangkuang yang ada kaitannya dengan penamaan nama desa juga Candi, meskipun menurut sumber lain ada yang mengatakan bahwa nama Candi Cangkuang diambil dari nama Adipati Cangkuang yang hijrah ke Cirebon untuk memeluk agama islam dan meninggalkan sebuah Candi, tetapi menurut sejarah Desa Cangkuang bahwa penamaan Cangkuang berasal dari pohon yang bernama Cangkuang.
Candi Cangkuang sampai sekarang masih aktif sebagai sarana ibadah umat Hindu di hari-hari besar, meskipun di Cankuang sekarang sudah tidak ada sama sekali yang beragama Hindu, tetapi yang datang untuk beribadah dari luar kota seperti Bali.
Makam Mbah Dalem Arief Muhammad
Makam Mbah Dalem Arief Muhammad merupakan makam penyebar agama islam abad ke-17, makam tersebut sering di ziarahi oleh umat islam di berbagai kota di Indonesia sampai sekarang, sebelum Candi Cangkuang ditemukan, bahkan Makam Mbah Dalem Arief Muhammad menurut sebagian sumber merupakan penyebar agama islam pertama di Garut, meskipun sesungguhnya Mbah Dalem Arief Muhammad bukan penduduk aseli, beliau adalah panglima kerajaan Mataram yang diutus untuk memukul mundur pasukan Hindia Belanda di Batavia.
Kampung Pulo merupakan kediaman Mbah Dalem Arief Muhammad setelah beliau tidak berhasil atas tugasnya dan akhirnya menetap disana tidak kembali ke Mataram karena akan menanggung resiko dari sang raja atas ketidakberhasilannya. Sambil menyebarkan agama islam bersama para pengikutnya , dengan bukti beberapa makam yang berlokasi di Pulau-pulau kecil yang dikelilingi Situ Cangkuang.