Lihat ke Halaman Asli

Agus M. Irkham

Penulis Biografi

Teknik Meresensi Buku

Diperbarui: 4 Juli 2016   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sesuai dengan asal katanya, recencie /resencere = resensi, berarti menentukan tingkat, harga, nilai tertentu atau ada unsur menimbang. Book review = meninjau/melihat kembali suatu buku.

Maka di media massa rubrik resensi buku juga sering diberi nama timbangan buku/tinjauan buku, bukan sebatas deskripsi isi buku. Harus mengandung unsur meninjau kembali, mengevaluasi, dan unsur memberi penilaian/menimbang.

Unsur menimbang ini justru sering kurang mendapat perhatian dari para peresensi. Mayoritas terjebak hanya membuat deskripsi, evaluasi dan mengungkap penjelasan tentang ide/tesis utama dan penulis. Memang bisa mengungkap dan memahami apa yang dikehendaki si penulis buku, tapi ini belum cukup.

Tak boleh silap adalah adanya penilaian kritis, ada penilaian akhir dari sebuah kesimpulan/bagian penutup. Analisis itu bisa berupa kelebihan, kekurangan, baik pada saat dibandingkan dengan buku lain yang sejenis maupun pada konteks zaman.

Jadi tidak boleh isinya sanjungan belaka, karena peresensi bukan endorser yang memang tugasnya menyanjung. Sebaliknya harus kritis. Tunjukkan kelebihannya dan kekurangannya dan beri alternatif jalan bagi ‘penyempurnaan’ buku tersebut. Termasuk positioning buku tersebut dibandingkan buku lain sejenis yang terbit duluan.

Meskipun bersikap kritis paparkan pula argumentasi yang menyatakan buku tersebut penting dan layak dibaca, bukan skeptis-fatalis.

Syarat penting bagi peresensi adalah ia harus membaca bukunya secara utuh, lengkap, sehingga paham peta isi buku keseluruhan. Peresensi juga harus memiliki kompetensi dan pemahaman terhadap tema besar buku yang tengah ia daras.

Jika resensi dimaksudkan untuk diterbitkan di media massa maka ia harus memahami karakter dari media tersebut. Maka jangan terlalu memaksakan diri meresensi buku yang di luar kompetensi. Risikonya tersesat dan gagal paham. Resensinya jadi aneh.

Jadikan meresensi buku sebagai cara mengikat makna,  pembelajaran paling mudah untuk menulis. Jadi nikmatilah.

Saya mendapati fakta bahwa resensi buku adalah entitas yang hidup. Ia selalu berkembang, selalu saja ada eksperimentasi-eksperimentasi model-model baru. Jangan kuatir untuk melakukan model-model eksperimentasi itu. Karena membaca, mengikatnya, menuliskannya kembali bersifat otonom.u 7




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline