Lihat ke Halaman Asli

agus hendrawan

TERVERIFIKASI

Tenaga Kependidikan

Terjebak dalam Hujan: Sebuah Refleksi Tahun 2024 dan Harapan Tahun 2025

Diperbarui: 3 Desember 2024   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bunga gugur musim hujan (Sumber: Dokumen Pribadi)


Beberapa hari ini kita mulai menginjak awal bulan Desember, bulan ketika hujan mulai mewarnai hari-hari kita. Hujan selalu memiliki cerita unik di baliknya, setiap tetesnya yang jatuh dan suara gemericiknya yang terdengar mampu merajut harmoni alam yang sering menjadi latar dari momen-momen penting dalam hidup. 

Sebagai sebuah simfoni, hujan merupakan pengantar sempurna untuk sebuah renungan. Tak terkecuali hujan hari ini yang mengantar memori saya ke momen serupa di awal tahun ini tepatnya tanggal 3 Januari 2024 yang sekaligus menjadi refleksi dan harapan di tahun yang akan datang.

Hujan mulai turun dengan derasnya, langit yang sejak pagi kelabu akhirnya mencurahkan airnya menyelimuti suasana dengan gemericik yang menenangkan meski kadang terasa sedikit mencekam. Bergegas saya mencari tempat berteduh, namun di tengah suasana itu saya sadar bahwa hujan seperti ini adalah sebuah momen untuk berhenti sejenak dan merenung.

Momen hujan kali ini membawa ingatan saya kembali ke suasana tahun baru kemarin, di awal Januari 2024. Saat itu saya juga terjebak di bawah derasnya hujan, sempat saya abadikan momennya dan saya susun menjadi sebuah video pendek. 

Hujan selalu datang di saat-saat pergantian tahun, seperti teman lama yang setia membawa cerita baru dan meninggalkan cerita lama. Ada kenangan yang ditinggalkan dan harapan yang lahir bersamanya, meski semuanya tidak selalu tentang keindahan.

Hujan di penghujung tahun juga membawa realita yang sering kita abaikan, banjir yang melanda beberapa wilayah mengingatkan kita bahwa keseimbangan alam perlu dijaga dan panggilan alam kian mendesak. Namun di sisi lain hujan juga membawa rasa syukur dan kedamaian, setiap tetesnya adalah pelajaran tentang harapan dan pertumbuhan.

Puisi yang saya susun dalam video di atas adalah ungkapan suara hati saat itu, beberapa bait kalimat di dalamnya adalah:

"Petir bersorak, seakan alam turut merasakan getir rindu.
Sendiri terjebak dalam guyuran deras, gemercik air menyatu dengan langkah.
"

Bagi saya puisi ini adalah refleksi, sebuah perenungan tentang bagaimana kehidupan kita tak selalu berjalan mulus. Ada petir dan bahkan badai, tetapi setelah semua itu selalu ada kemungkinan akan munculnya pelangi indah yang menyemai harapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline