Pendahuluan
Awalnya, jujur saja, saya merasa canggung berada di tengah komunitas penulis ini. Sebagai penulis pemula, saya sering kali hanya menjadi penonton di grup WhatsApp Kompasianer Penulis Berbalas (KPB). Sering kali saya ragu-ragu untuk ikut berbicara atau berbagi tulisan.
Rasanya seperti masih belajar merangkai kata dan jauh dari level teman-teman Kompasianer lain yang sudah sangat piawai. Dalam hati saya bertanya-tanya, apakah tulisan saya cukup baik? Apakah saya diterima di sini?
Tapi perlahan-lahan interaksi kecil-kecil di grup, dukungan dari teman-teman, dan respons positif terhadap tulisan yang saya bagikan mulai mengikis kecanggungan itu.
Saya mulai merasa bahwa setiap cerita memang punya tempatnya di Kompasiana, termasuk cerita saya yang mungkin belum sempurna tapi selalu ditulis dengan niat baik. Saya sadar bahwa komunitas ini menyambut setiap orang dengan tangan terbuka, memberikan ruang bagi setiap penulis apa pun latar belakang dan kemampuannya.
Dari situ saya terus menulis dan menulis, setiap hari saya belajar untuk lebih percaya diri dan berani berbagi. Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa Kompasiana adalah rumah di mana setiap cerita dihargai, dan dari situ pula tumbuh rasa kebersamaan yang mendalam.
Kompasianival 2024: Every Story Matters
Bertepatan dengan penyelenggaraan Maulid Nabi di Komplek Perumahan.
Meski tidak bisa hadir langsung di Kompasianival 2024, saya merasakan hangatnya kebersamaan itu melalui grup WhatsApp Kompasianer Penulis Berbalas (KPB). Rasanya seperti menonton pesta dari balik jendela, tidak benar-benar di sana tapi cukup untuk merasakan suasana, tawa, dan semangat yang mengisi acara.