Masih jelas dalam ingatan saya, momen-momen ketika kemeja H&M mendominasi mall-mall era tahun 2010-an.
Itu tahun-tahun saat saya masih berstatus bujangan dan senang tampil necis, terutama ketika hang out dengan teman-teman.
Di tahun-tahun itu, H&M merupakan pakaian yang trendi dan harga yang terjangkau bagi anak muda yang haus akan gaya terbaru.
Setiap kali memakainya, ada rasa percaya diri yang muncul dan membuat hari lebih cerah.
Pengalaman di atas adalah pengalaman semasa hidup membujang, yang masih akrab dengan penampilan necis yang saya kaitkan dengan merek terkenal H&M yang ada andil Sritex di dalamnya.
H&M merupakan salah satu klien besar PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Sritex adalah perusahaan tekstil dan garmen yang memproduksi produk untuk berbagai retailer fashion ternama di dunia.
Bayangkan, PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex) perusahaan tekstil lokal yang sudah berdiri sejak 1966 dan menjadi kebanggaan nasional karena kualitas dan jangkauannya kini dinyatakan pailit.
Sritex bukan perusahaan sembarangan, ia adalah perusahaan yang melanglang buana dengan memasok seragam militer hingga ke NATO.
Rasanya aneh dan menyedihkan mengetahui perusahaan besar seperti Sritex, harus jatuh di tengah gelombang pasar global yang kian tak bersahabat.
Dikutip dari Kompas.com tanggal 02-11-2024: "Perusahaan harus menanggung utang sebesar 1,597 miliar dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 25 triliun (kurs saat ini Rp 15.600)."