Lihat ke Halaman Asli

agus hendrawan

TERVERIFIKASI

Tenaga Kependidikan

Persahabatan Tanpa Batas: Pelajaran dari Putra Mahkota dan Budak dalam Uprising

Diperbarui: 16 Oktober 2024   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

screenshot akun Netflix (dokpri)

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang film ini, saya ingin mengingatkan bahwa ulasan ini akan mengungkap beberapa detail penting dari alur cerita. Jika Anda belum menonton film ini dan ingin menikmatinya tanpa bocoran, saya sarankan untuk menonton terlebih dahulu sebelum melanjutkan ulasan ini.

Film Uprising menceritakan kisah tragis tentang persahabatan antara seorang putra mahkota dengan budaknya yang mengalami perpecahan akibat kesalahpahaman. Hubungan dekat yang mereka bangun sejak kecil hancur ketika sang putra mahkota merasa dikhianati, memendam dendam yang akhirnya memaksa keduanya untuk bertarung sebagai musuh. 

Ironisnya di saat-saat terakhir hidupnya, putra mahkota baru menyadari bahwa sahabatnya tidak seperti yang ia pikirkan. Melalui kisah ini, film mengangkat tema-tema penting tentang hubungan antarmanusia yang melampaui sekat-sekat status sosial dan menggambarkan bagaimana kesetiaan dan pengorbanan dapat menghapus stereotip kelas yang selama ini membatasi manusia.  

Relevansi Persahabatan Lintas Status Sosial

Di masa Dinasti Joseon seperti pada masyarakat feodal lainnya, stratifikasi sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Hubungan antara bangsawan dan budak sejatinya seperti tuan dan budak beliannya, bahkan kesalahan yang dilakukan anak tuannya harus ditebus hukuman fisik pada budaknya persahabatan sejati jarang terjadi dalam kehidupan nyata karena norma-norma sosial yang ketat. 

Namun, Uprising menunjukkan bagaimana kedekatan batin yang tulus dapat menembus batas-batas tersebut. Sang budak berperan sebagai pengikut setia sekaligus sebagai sahabat sejati bagi putra mahkota, karena pada dasarnya masing-masing manusia memiliki kekurangan dan kelebihanndalam hal ini sang budak memiliki keahlian dalam bertarung dan mereka biasa berlatih besama sehingga keduanya menjadi ahli pedang yang tangguh.

Persahabatan tidak mengenal batas status sosial sesuatu yang masih relevan hingga kini, dalam kehidupan modern kita masih menghadapi bentuk-bentuk baru ketidaksetaraan sosial, seperti perbedaan kelas ekonomi atau status pekerjaan. 

Kesetiaan dan Pengorbanan dalam Konflik

Konflik dalam Uprising mencapai puncaknya ketika kesalahpahaman memaksa dua sahabat ini untuk bertarung sebagai musuh. Meskipun putra mahkota awalnya kembali terikat pada kewajiban dan kehormatan sebagai bangsawan karena prasangka buruknya, akhirnya dia menyadari bahwa nilai sejati terletak pada kesetiaan dan persahabatan. 

Dalam situasi konflik, pengorbanan menjadi modal utama untuk sebuah persahabatan. Pengorbanan tidak selalu berarti menyerahkan nyawa, tetapi bisa juga berupa melepaskan ego dan rasa superioritas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline