Lihat ke Halaman Asli

agus hendrawan

Tenaga Kependidikan

Toleransi dalam Islam

Diperbarui: 16 September 2024   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Mesjid Agung Baiturrahim Mustikajaya (dokpri)

Kemarin hari Jum'at 13 September 2024 dalam khotbahnya khatib di mesjid Baiturrahim Mustikajaya menyampaikan bahwa sekarang sudah menginjak bulan Rabi'ul Awal, bulan ketika nabi besar Muhammad SAW dilahirkan. Sebagai nabi akhir zaman nabi sangat mencintai umatnya sampai kata-kata terakhir dalam sakaratul mautnya beliau memanggil umatnnya dengan sebutan ummatii... ummatii... ummati...

Ini menandakan kekhawatiran beliau akan kebahagiaan umatnya kelak, dalam mencintai umatnya beliau tidak pandang bulu bahkan umatnya yang sangat membencinya beliau sayangi dengan tulus. Sebagai contoh beliau rutin menyuapi seorang buta yang selalu memakinya, ketika beliau wafat sahabat Umar menggantikannya dan Si Orang buta itu tahu bahwa yang menyuapinya kali ini bukan nabi Muhammad SAW.

Menurut orang itu Nabi kita Muhammad SAW menyuapinya dengan penuh kasih sayang, walaupun dia selalu menyumpahinya sebagai penyihir dan lain sebagainya. Akhirnya Umar berterus terang bahwa nabi telah wafat, Si Orang butapun menangis dan akhirnya masuk Islam setelah nabi wafat. 

Ini menunjukan bahwa kasih sayang adalah hak semua makhluk hidup, sudah menjadi sebuah hukum alam kita akan balik menyayang orang atau makhluk yang menyayangi kita. Jangankan manusia binatang saja yang kita rawat dengan kasih sayang maka dia akan menunjukan rasa peduli dan kasih sayangnya pada kita.

Tapi itu tidak berlaku untuk hidayah, sebagai contoh nabi sangat menyayangi Pamannya Abu Thalib dan begitu juga sebaliknya. Abu Thalib menjadi pembela utama pada nabi dalam menyebarkan agama Islam. Tidak ada kaum kafir quraisy yang berani menyentuh nabi Muhammad SAW karena harus berhadapan dengan pamannya Abu Thalib terlebih dahulu.

Tapi ketika Pamannya Abu Thalib meninggal dunia beliau keukeuh tidak mau memeluk agama Islam, sampai-sampai nabi memanjatkan do'a supaya Alloh SWT memberikan hidayah (petunjuk) sehingga Pamannya ini mau mengucapkan dua kalimah syahadat dan masuk Islam.

Tapi Alloh SWT menolaknya dan mengatakan bahwa urusan hidayah itu adalah hanya miliku (Alloh SWT), ini memberikan contoh pada kita untuk hidup berdampingan di dunia dengan siapa saja. Baik yang beragama Islam maupun tidak, kita diwajibkan saling membela, saling melindungi dengan siapapun. Seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan pamannya Abu Thalib, walaupun sampai wafatnya pamannya itu tidak memeluk Islam.

Hal-hal di atas menunjukan bahwa nabi tidak pernah memusuhi seseorang bahkan kaum kafir sekalipun, tapi nabi akan bertindak tegas ketika diserang atau mendapat ancaman yang membahayakan diri dan kaumnya. Khutbah tetap berjalan tapi urusan hidayah biarllah Alloh SWT yang menentukan.

Hal paling kongkrit dicontohkan ketika Pamannya Abu Thalib yang notabene sebagai tameng utamanya dalam menjalankan dakwah harus wafat dalam keadaan non muslim.

Hal inilah yang mendasari kita untuk berbuat baik pada semua umat manusia, jadikan contoh perilaku nabi besar kita Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dalam segala tindak tanduknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline