Lihat ke Halaman Asli

agus hendrawan

TERVERIFIKASI

Tenaga Kependidikan

Bayangan di Bawah Beringin (Jejak Semu di Ujung Senja Bagian 2)

Diperbarui: 29 Agustus 2024   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

"Bayangan di Bawah Beringin"

Rengganis merasa semakin sering merasakan kehadiran yang tak terlihat di bawah beringin tua itu. Sejak pertemuannya dengan Sakti, ada sesuatu yang menarik Rengganis kembali ke sana, seperti magnet yang tak terlihat tapi begitu kuat. 

Setiap kali ia duduk di akar-akar menjuntai pohon itu, angin seolah berbisik di telinganya, menceritakan cerita-cerita lama yang terpendam di antara dedaunan dan ranting.

Malam ini, bintang-bintang lebih cerah dari biasanya, seperti menari di atas langit. Rengganis merapatkan kerudungnya di leher. Udara semakin dingin, namun ia tidak terganggu. 

Ada sesuatu yang membuatnya tetap di sana, menunggu. Ia merasa, mungkin saja Rangga atau bahkan Sakti akan muncul lagi. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Sakti anak lelaki dengan mata kosong namun penuh arti itu.

Saat tengah merenung, Rengganis mendengar suara langkah pelan dari belakang. Dia berbalik, dan lagi-lagi melihat sosok Sakti. Wajahnya tetap pucat seperti sebelumnya, tapi kali ini ada senyum kecil yang menghiasi bibirnya. "Kamu kembali," kata Sakti dengan suara pelan, tapi penuh dengan rasa lega.

Rengganis mengangguk. "Ya, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu dan... tentang Rangga. Apa yang kamu tahu tentang kakakku?"

Sakti duduk di sebelah Rengganis, memandang ke arah hutan di kejauhan. "Aku bertemu dengan Kak Rangga di tempat ini. Dia sering bicara padaku. Dia bilang dia sangat merindukanmu."

Mata Rengganis membesar. "Dia bicara padamu?" tanyanya, suaranya hampir bergetar. "Apa yang dia katakan?"

Sakti menatap Rengganis dalam-dalam. "Dia bilang dia ingin kamu berhenti menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi. Bahwa dia ingin kamu hidup bahagia, bukan dalam bayang-bayang kepergiannya."

Mata Rengganis mulai berkaca-kaca. Selama ini, dia selalu merasa bahwa kecelakaan yang menimpa Rangga adalah kesalahannya. Jika saja hari itu dia menahan Rangga lebih lama di rumah, atau jika dia ikut pergi bersama Rangga ke kota, mungkin kecelakaan itu tak akan pernah terjadi. Kata-kata Sakti seperti membuka pintu yang selama ini tertutup rapat di dalam hatinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline