Lihat ke Halaman Asli

agus hendrawan

Tenaga Kependidikan

Capung Ujung Ranting

Diperbarui: 7 Juni 2024   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar dokumen pribadi

Tadi pagi, disela kesibukan saya, saya berkeliling halaman dengan kamera DSLR, berharap menemukan objek yang bisa saya potret. Beberapa hari sebelumnya saya melihat seekor bunglon di sekitar tempat ini dan berharap bisa menemukannya kembali untuk saya potret.

"Tak ada rotan akarpun jadi," bunglon yang saya cari tak kunjung menampakkan diri, mungkin karena mata saya kalah gesit dengan Si Pakar kamuflase itu. Akhirnya, seekor capung di ujung rantinglah yang menjadi sasaran, menginspirasi saya untuk menyusun puisi di bawah ini. Semoga menghibur... :)

Capung Ujung Ranting

Di ujung ranting yang rapuh,
Capung kecil mendarat tenang,
Sayapnya tembus cahaya,
Dalam sinar pagi yang cerah.

Hembusan angin lembut membelai,
Membawa bisikan hutan yang damai,
Capung kecil, penghuni alam semesta,
Mengajarkan ketenangan tanpa kata.

Hijau dedaunan jadi latar,
Menjadi kanvas lukisan alam,
Di mana setiap detik berdetak,
Dalam keindahan yang sederhana.

Mata kecil penuh misteri,
Mengintip dunia dari ranting tinggi,
Menghadirkan rasa syukur dalam hati,
Atas segala ciptaan yang indah dan sunyi.

Oh, capung di ujung ranting,
Kau simbol keseimbangan dan harapan,
Menggugah jiwa yang mencari,
Ketenangan dalam riuhnya kehidupan.

Seri puisi alam adalah lembaran buku yang terbuka bersama: Agus Hendrawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline