Penerbitan rupiah digital atau mata uang digital nasional (CBDC) memang menjadi topik yang semakin relevan di berbagai negara.
Gambaran umum mengenai urgensi penerbitan rupiah digital dan beberapa alasan yang mungkin mendukung langkah ini:
Perkembangan Teknologi Finansial (Fintech): Perkembangan teknologi telah membuka pintu untuk inovasi dalam sektor keuangan. Mata uang digital dapat menjadi langkah proaktif untuk menjawab tantangan dan peluang yang muncul dari transformasi fintech.
Efisiensi Transaksi: Mata uang digital dapat meningkatkan efisiensi transaksi dengan mengurangi keterlambatan dan biaya administratif yang terkait dengan pengolahan transaksi keuangan konvensional.
Keamanan: Penggunaan teknologi blockchain atau teknologi terenkripsi lainnya dapat meningkatkan keamanan transaksi dan mengurangi risiko pencurian atau pemalsuan.
Inklusi Keuangan: Mata uang digital dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan dengan memberikan akses ke sistem keuangan mereka yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan perbankan.
Pengendalian Moneter: Penerbitan rupiah digital dapat memberikan peluang kebijakan moneter (seperti Bank Indonesia) lebih banyak kontrol terhadap pasokan uang dan kebijakan moneter.
Menjawab Tantangan Mata Uang Kripto: Dengan semakin populer dan diterima luasnya mata uang kripto seperti Bitcoin, negara mungkin ingin mengeluarkan mata uang digital resmi untuk mempertahankan kendali atas sistem keuangan mereka.
Seberapa sulit menentukan jumlah uang digital yang beredar?
Menentukan jumlah uang digital yang beredar dapat melibatkan beberapa tantangan, tergantung pada desain dan infrastruktur sistem keuangan yang digunakan.
Dalam konteks mata uang digital atau mata uang digital nasional (CBDC), beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan menentukan jumlah uang digital yang beredar melibatkan beberapa hal, seperti