Lihat ke Halaman Asli

agus hendrawan

Tenaga Kependidikan

Pinjol Bukanlah Solusi

Diperbarui: 9 Januari 2024   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: dokpri

Sebut saja namanya Nona X, Nona Y, dan Mr. Z. Mereka semua adalah korban Pinjol alias Pinjaman Online.

Nona X kejadiannya beberapa tahun yang lalu bahkan sampai beberapa kali menggunakan jasa pinjol dan akhirnya pihak keluargalah yang lagi-lagi harus menolongnya dari jeratan pinjol dengan angka rupiah yang fantastis hingga tembus ratusan juta rupiah.

Lain dengan Nona Y, kepada orang  tuanya dia mengaku sedang bisnis online yang menguntungkan. Si Orang tua tidak menaruh curiga malah merasa senang melihat anaknya suka belanja barang-barang mewah hasil usahanya. 

Seiring waktu berjalan maka berdatanganlah pesan whatsApp bahkan akhirnya datang langsung kerumah menagih uang yang jumlahnya cukup fantastis untuk seorang Nona Y. Akhirnya pihak keluarga jugalah yang terpaksa melunasinya.

Terakhir kejadian sebulan yang lalu seorang teman datang ke rumah dan mengeluh, anaknya diintimidasi pihak pinjol karena telat bayar angsuran. Si Anak (Mr. Z) menggunakan jasa pinjol tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Karena penasaran dan iba saya langsung ketemu anaknya, dengan polos Mr. Z mengaku hanya penasaran bagaimana rasanya berurusan dengan pinjol dengan meminjam uang Rp. 3jt.

Motif Nona X dan Nona Y adalah pemenuhan gaya hidup yang berlebihan, sedangkan Mr. Z adalah rasa keingintahuan. Beragam motif bisa dengan mudah pinjol menjerat mangsanya karena pinjaman online ini umumnya memberikan akses cepat dan mudah untuk memperoleh dana pinjaman tanpa perlu melibatkan prosedur dan persyaratan yang rumit seperti pada lembaga keuangan resmi.

Yang lebih mengejutkan kemarin saya baca artikel Headline Kompasiana menyodorkan bukti bahwa hasil riset No Limit Indonesia Tahun 2021 kalangan Guru lah yang paling banyak menjadi korban Pinjol sebesar 42%, korban PHK 21%, ibu rumah tangga 18%, karyawan 9%, selanjutnya ada pedagang, pelajar, dll. 

Saya penasaran motif guru berurusan dengan Pinjol apa? Justru yang harus terdepan memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya generasi milenial X, Y, dan Z, Kok malah jadi korban.

Perlu diingat bahwa layanan pinjaman online menawarkan suku bunga yang tinggi dan atau memiliki praktik yang kurang etis. Oleh karena itu, konsumen sebaiknya berhati-hati pastikan memahami seluruh ketentuan dan biaya yang terkait pinjaman.

Beberapa layanan pinjaman online mungkin terlibat dalam praktik yang dianggap kurang etis atau merugikan konsumen seperti kejadian di atas. Berikut adalah beberapa contoh praktik yang perlu diwaspadai:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline