Lihat ke Halaman Asli

Mengkritik Sarana Olahraga Pemerintah Agus Hy Menampar Muka Sby

Diperbarui: 2 Desember 2016   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

kritikan agus kepada pemerintah terkait sarana olahraga menjadi bahan tertawaan netizen, kritikan itu tanpa disadarinya telah menampar muka ayahnya sendiri (sby). kritikan agus tersebut seakan mengingatkan para netizen pada rumah hantu hambalang yang dibangun pada zaman sby.bahkan meme kritikan agus itu disandingkan foto rumah hantu yang tak akan terlupakan dalam sejarah olahraga dan korupsi diindonesia.

pembangunan rumah hantu tersebut terjadi pada zaman sby serta tidak bisa dilepaskan dari peran serta jasa para petinggi demokrat yang menjadi partai penguasa saat itu.berkat jasa para petinggi demokrat saat itulah  hari ini kita masih bisa menyaksikan monumen rumah hantu tersebut.  dabn berkat jasa2 mereka yang pantas dikenang tersebut maka mereka diberi penghargaan oleh kpk untuk menginap gratis dihotel.

jika agus ingin mengkritik pemerintah saat ini terkait sarana olahraga seharusnya agus bercermin dahulu pada pemerintahan sby, apa yang telah sby lakukan untuk olahraga diindonesia. prestasi  sby untuk perkembangan olahraga diindonesia yang paling diingat dan tak mungkin terlupakan saat ini mungkin hanya ada 2 yaitu rumah hantu hambalang dan pada zaman sby saja seorang napi bisa memimpin organisasi sebesar pssi dari bilik penjara. bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan prestasi olahraga khususnya sepakbola kita bisa berbicara banyak dipentas internasional jika orang yang memimpinnya berada dibilik penjara. sampai saat ini yang saya ketahui hanya diindonesia inilah seorang napi bisa memimpin dari bilik penjara. ini mungkin bisa dimasukkan dalam rekor dunia.

jadi sungguh wajar jika kritikan agus itu menjadi bahan tertawaan netizen. tapi ini bukan pertama kalinya keluarga sby melontarkan kritikan yang akhirnya menjadi bahan lelucon. dahulu saat  sby masih menjabat sebagai presiden merangkap ketua umum partai demokrat, ibas yang merupakan putra sby dan menjabat sebagai sekjend demokrat yang mendukung pemerintahan sby saat itu melontarkan kecaman keras terkait kenaikan harga gas lpg oleh pertamina yang sahamnya 100% dikuasai oleh pemerintah.

kecaman ibas saat itu kemudian ditegaskan oleh sby yang menjabat sebagai ketua umum demokrat tapi juga menjabnat presiden RI saat itu,lewat aku twitternya sby mengkritik pertamina, ini bunyi cuitannya saat itu, “Kebijakan yang membawa dampak luas ini tidak dikoordinasikan dengan baik dan persiapannya pun juga kurang. Ini harusnya tidak boleh terjadi,” cuit SBY melalui akun Twitter-nya. 

Selengkapnya

kritikan sby itu menjadi bahan lelucon oleh kompasianer gatot swndito lewat tulisannya  gatot menulis Ternyata, tidak hanya Sekjennya, Ketua Umum Demokrat yang dijabat oleh SBY pun mengritik kebijakan Presiden SBY. Jadi kalau Ibas berhasil melepaskan dirinya dari bayang-bayang SBY sebagai Presiden RI, maka SBY mampu membuat garis tegas sebagai pemisah yang memisahkan dirinya sebagai Ketua Umum Demokrat dan sebagai Presiden Republik Indonesia. SBY telah memberi contoh bahwa sebagai Ketua Umum Demokrat dirinya masih mampu bersuara kritis terhadap pemerintahan yang dipimpin oleh dirinya sendiri. Hebatnya, Presiden SBY pun tidak bereaksi keras atas kritik yang disampaikan oleh Ibas sebagai Sekjen Demokrat dan SBY sebagai Ketua Umum Demokrat. Demokrat sebagai partai benar-benar telah menunjukkan profesionalitasnya. Tidak diberitakan di media apakah setelah kejadian tersebut Presiden SBY melakukan pembicaraan empat mata dengan Ketua Umum Demokrat SBY. Tidak diberitakan juga apakah terjadi perdebatan keras di antara keduanya yang sampai mengakibatkan salah seorang dari keduanya melakukan aksi walk out. Tapi, pastinya kedua tokoh bangsa ini tetap dapat menjaga ikatan tali silahturahim. Semoga keteladanan yang ditunjukkan Ketua Umum Demokrat SBY dan Presiden SBY dapat mengilhami generasi muda bangsa ini ke depan. 

Selengkapnya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline