(Agus Firmansyah, Sosiologi FIS UNJ)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang diakibatkan dari gigitan seekor nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti sendiri mudah dikenali dengan ciri ciri memiliki bentuk tubuh yang kecil dan berwarna belang hitam putih. Penderita DBD biasanya mengalami nyeri pada beberapa bagian tubuh seperti mata, otot dan persendian.
Adapun gejala paling umumnya berupa demam tinggi yang bisa mencapai 41 derajat celcius, sakit kepala, tubuh merasa lelah terus menerus, hilangnya selera makan, tenggorokan sakit, dan terasa mual. Selain itu, bahaya DBD bisa menyebabkan penderita mengalami pendarahan hebat bahkan sampai kematian.
Juru Pemantau Jentik atau yang biasa disebut dengan JUMANTIK merupakan orang yang melakukan pengecekan, pemantauan dan pemberantasan nyamuk khususnya nyamuk aedes aegypti demi mencegah timbulnya penyakit DBD. Biasanya JUMANTIK ini dilakukan di setiap rumah warga yang memiliki penampungan air untuk diperiksa apakah ada jentik atau tidak.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh mahasiswa UNJ untuk menganalisis upaya masyarakat lingkupan RT dalam pengendalian DBD di RT 08 kelurahan Rawamangun. Sebelumnya telah dilakukannya pendataan demografi yakni jumlah warga RT 08 sendiri sebanyak 203 orang dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 32 Kartu Keluarga. Adapun kasus DBD yang didapati di RT 08 Tahun 2021-2022 sebanyak 12 kasus dan jumlah korban yang meninggal akibat DBD sebanyak 5 orang. Dan telah dilakukan fogging sebanyak 10 kali. Ditemukan pula keluhan dari salah seorang warga RT 08 ketika diwawancarai yang mengeluhkan tidak puasnya atas program JUMANTIK yang dijalankan dengan tidak rutin seperti setiap 1 bulan sekali ada dilakukannya pemeriksaan jentik dan pada bulan berikutnya tidak ada dilakukannya pemeriksaan jentik. Untuk itu harapannya dibutuhkan orang-orang telaten yang ahli didalam bidangnya dan pemeriksaan jentik bisa dilaksanakan secara rutin.
Pembinaan kader JUMANTIK oleh pihak puskesmas setempat dengan melatih dan memberi pemahaman setiap kader JUMANTIK guna mengendalikan penyakit DBD di lingkungan RT melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus yang terdiri dari :
- Menguras atau membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, tempat air minum, aquarium, closet dan lain-lain
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti ember, tong atau drum, kendi, toren air dan lain-lain
- Memanfaatkan atau mendaur ulang kembali barang bekas yang nantinya berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
Untuk Plus lainnya bisa dengan :
- Menaruh tanaman lavender, serai, kemangi, rosemary dan lain sebagainya
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
- Menggunakan kasa nyamuk dan kelambu untuk tempat tidur bayi
- Menggunakan obat nyamuk atau lotion guna mencegah serangan gigitan nyamuk
- Menggunakan semprotan anti nyamuk di setiap sudut rumah
Hal tersebut diharapkan bisa menambah pemahaman untuk setiap kader JUMANTIK agar bisa mengimplementasikan dan mencontohkan para warga dalam lingkungan RT. Selain memberi pemahaman gerakan PSN 3M Plus, diharapkan ketua RT dapat menekankan para kader JUMANTIK untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dengan pengecekan sekali seminggu di setiap rumah warga guna mencegah terbentuknya jentik yang ada.
Kenapa setiap sekali seminggu? karena proses pembentukan jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan kepompong menjadi nyamuk dewasa selama 2-4 hari setelah menghisap darah. Jadi sebelum terciptanya seekor nyamuk perlu untuk dilakukan pemberantasan jentik jangka 6-8 hari tersebut dengan sekali seminggu.
Selain upaya yang dilakukan kader JUMANTIK juga perlu adanya upaya dari masyarakatnya sendiri untuk saling bekerja sama dalam memberantas jentik demi mengurangi bahkan mencegah timbulnya kembali kasus DBD yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H