Kenaifan yang coba ingin dimunculkan dari sosok seorang abah yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman di film Keluarga Cemara yang baru saja selesai saya tonton bersama kompasianer palembang (5/01/2019), di CGV - PTC Mall Palembang di weekend kali ini, berhasil diperankannya dengan baik.
Good job dude, two thumbs up for you..!
Menurut saya sih ini film besutan sutradara Yandy Laurens sudah cukup berhasil keluar dari bayang-bayang sinetron aslinya, yang tayang di tahun 1996-2006 yang identik dengan abah dan kayuhan becaknya yang sekarang telah digantikan dengan kendaraan motor ojek online, yang lebih modern dan disesuaikan dengan kondisi zaman sekarang tanpa mengurangi nilai dan pesan moral yang ingin disampaikan dari sosok kesederhanaan dan kesabaran sang abah dalam kesehariannya.
Lupakan soal hilangnya adegan kepolosan ara yang bertepuk tangan sambil tertawa saat abah berkata soal bangkrut saat trailer film sebelumnya atau kejanggalan soal begitu lamanya persiapan sebuah pementasan drama sekolah ara dari sejak emak hamil hingga agil sudah beberapa bulan hingga ketika motor bebek si abah yang tiba-tiba berubah menjadi sekelas motor gede 150 cc dalam waktu yang singkat.
Di beberapa potongan dialog dan adegannya cukup membuat mata saya ini untuk sedikit bekerja keras untuk menahan sesuatu untuk turun dan jujur ada sedikit yang menetes di sudut mata saya di sela-sela menyaksikan film bertema keluarga yang telah release beberapa hari yang lalu dan saya rasa sih film ini sangat layak untuk ditonton seluruh anggota keluarga anda dalam mengisi waktu di penghujung akhir liburan sekolah di awal tahun 2019 ini.
Menjadi seorang abah atau ayah di dalam memimpin sebuah keluarga itu tidaklah mudah. Bentuk representasi dalam usaha, kerja keras dan rasa tanggung jawabnya untuk menjadi seorang abah dan kepala keluarga di film yang berdurasi 1 jam 50 menit ini sudah cukup terwakili sehingga bisa membuat saya termenung beberapa sesaat, teringat akan sosok abah saya yang telah berpulang lebih kurang dua tahun yang lalu.
Seringkali menjadi seorang abah harus dihadapkan dengan dilema dan beberapa pilihan yang sulit disamping harus tetap berjuang keras demi mencari nafkah keluarganya, masih harus bisa berperang dengan ego dan berdamai dengan hati ditengah warna warni permasalahan yang datang silih berganti setiap harinya.
Karena mungkin memang tidak ada sosok abah yang sempurna karena abah itu juga manusia biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H