Lihat ke Halaman Asli

Agus Ahmad Fathullah

Desain illustrator n IT Support

"E-Gamelan", Bentuk Modernisasi atau Solusi dari Mahalnya Melestarikan Suatu Budaya?

Diperbarui: 20 Maret 2018   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.jateng.tribunnews.com

Hari ini sempat terbaca sebuah artikel tentang "E-Gamelan Bakal Dimainkan Markas Besar UNESCO di Perancis pada Juni dan Juli 2018". Apalagi nih, apakah sebuah pertunjukan pagelaran seni tradisional konsep baru atau saya saja yang kurang update jadi ketinggalan berita?

Biasalah, mulailah browsing sana sini mencari tahu tentang apa itu E-Gamelan. Maklum walaupun saya keturunan jawa tapi saya tidak bisa bahasa jawa. soal apa dan seperti apa itu gamelan dulu paling cuma bisa melihat melalui media buku pelajaran waktu SD atau mendengarkan alunan bunyinya dari acara pagelaran wayang kulit di TVRI. Yang dalam benak saya gamelan itu adalah suatu instrumen musik tradisional khas jawa walaupun kenyataannya ada juga gamelan sunda dan bali.

Kembali lagi ke Gamelan. Kata "Gamelan" berasal dari kata "Gamel" yang berarti memukul jadi gamelan adalah suatu instrumen musik yang memiliki berbagai macam jenis, ukuran serta suara yang dihasilkan dari masing-masing gamelan, yang dimainkan secara bersama-sama dengan cara di tabuh atau di pukul, yang salah satunya menghasilkan bunyi khasnya yaitu "Gong" yang kadang membuat agak sedikit kaget penikmatnya.

Apa karena ingin melestarikan salah satu budaya nusantara, apa karena gamelan memang sudah sulit ditemukan atau memang karena harga 1 set gamelannya lumayan fantastis? 

Dari berbagai sumber situs jual beli online didapat bahwa kisaran harga 1 set gamelan antara 40 juta s/d 325 juta dan itu tergantung bahan yang dipergunakan pada proses pembuatannya, yaitu mulai dari besi, kuningan hingga gamelan yang terbuat dari bahan perunggu. mungkin hal inilah yang mendasari lahirnya sebuah inovasi dari tim yang dibentuk oleh Universitas Dian Nuswantoro Semarang (Udinus) yang dikordinir oleh Tyas Catur Pramudi. 

Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, yang melalui pendanaan hibah penelitian yang diberikan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemristekdikti) dari tahun 2009 - 2010 maka terlahirlah sebuah aplikasi E-Gamelan yang kini sudah bisa diunduh di gawai berbasis ios Apple khususnya tablet ipad. yang salah satu yang bisa diperdengarkan melalui aplikasi ini adalah alunan lanturan Saron, Peking, Bonang Barung, Bonang Penerus, Gong, Kenung, Demung dan Slenthem.

Dinilai ikut membantu melestarikan salah satu warisan budaya nusantara dalam sebuah inovasi teknologi, saya sih setuju. tapi apakah suatu rasa akan juga tercipta di dalamnya?menurut saya kurang bahkan bisa tidak ada sama sekali. Pasti ada yang hilang walaupun itu sekedar rasa dan sensasi dari beratnya alat pemukul berbahan kayu, yang berbentuk batangan saat beradu dengan salah satu perangkat gamelan tersebut ini belum termasuk dengan ritual atau kebiasaan para pemain gamelan terdahulu, sebelum memainkan alat musik gamelan tersebut.

Bukan sesuatu hal yang tidak mungkin apabila suatu saat ada salah satu bentuk budaya kita, yang berbentuk alat musik tradisional akan hilang tanpa bekas. hal ini bisa terjadi apabila tanpa ada kerjasama kita dan campur tangan pemerintah khususnya instansi terkait hal ini, yang berusaha lebih keras lagi untuk menghidupkan dan melestarikan kebudayaan kita yang masih ada. 

Dengan bermodalkan dari 40 hingga 300 juta mungkin masih layaklah untuk dianggarkan dalam melestarikan suatu bentuk budaya walaupun itu hanyalah sebuah alat musik tradisional, setidaknya ini jauh lebih baik dari pada pemborosan anggaran pemerintah kita untuk studi bandingnya para anggota dewan yang mungkin jalan-jalan keluar negeri terus kembali tanpa hasil yang berarti.

Kini sudah banyak aplikasi Sejenis yang berkonten E-Guitar, E-Piano, E-Drum dan lain-lain. Untuk beberapa tahun ke depan mungkin nanti akan lahir juga inovasi bentuk lain yang namanya bisa itu E-Angklung, E-Sasando, E-Kecapi, E-Kolintang dan E..E..yang lainnya. Yang pengoperasiannya sudah bisa melalui perintah suara kita dan kita tidak perlu capek-capek memainkannya. Mungkin nanti bakal tidak ada lagi kontak fisik secara langsung antara alat musik dan jari jemari kita, yang semuanya akan tersimpan dan tersusun rapi dalam sebuah kotak ajaib yang bisa kita bawa kemana saja, yang biasa kita sebut tablet yang suatu saat akan selalu siap dimainkan kapan pun kita mau.

dok.kompal

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline