Lihat ke Halaman Asli

Agus Susanto

Tak Perlu Sempurna Untuk Menjadi Manusia

Setelah Selesai Menjadi Pekerja Migran

Diperbarui: 21 November 2021   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

Bisa kerja keluar negeri sebagai pekerja migran menjadi impian beberapa orang. Korea, Jepang, Hongkong dan Taiwan menjadi tujuan favorit bagi para pahlawan devisa.

Tetapi, tidak semua para pencari kerja mendapatkan keberuntungan untuk bisa bekerja di sana. Sebagian dari mereka impiannya kandas karena tak lolos seleksi.

Mengapa banyak yang tertarik untuk bekerja di luar negeri? Jelas faktor gaji.

UMK/UMP di negara kita tergolong rendah jika dibandingkan dengan gaji yang mereka dapatkan sebagai pekerja migran.

Sebagai contoh adalah penghasilan yang didapat ketika bekerja di Korea berkisar antara 21 juta sd 30 juta per bulan. Nilai yang fantastis jika dibandingkan dengan gaji yang saya terima sebagai ASN misalnya.

Masalahnya adalah bagaimana cara mengelola gaji yang besar tersebut agar bisa menopang keberlangsungan hidup para pekerja migran di masa depan.

Beberapa orang yang curhat ke saya mengalami kesulitan. Di antaranya uang yang dikumpulkan habis setelah dipakai untuk kebutuhan hidup setelah tidak bekerja di luar negeri.

Kasus lain uang yang dikumpulkan untuk modal habis lantaran salah memilih usaha atau bisnis.

Bagaimana sebaiknya?

Coba saya uraikan pendapat menurut versi saya sendiri. Pertama untuk bisa kerja luar negeri itu tidak gampang, butuh proses yang panjang dan melelahkan. 

Sampai di sana kerjanya juga tidak mudah, yang jelas under pressure atau di bawah tekanan, sudah gitu harus jauh dari keluarga, mungkin itu hal yang terberat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline