Lihat ke Halaman Asli

Agus Susanto

Tak Perlu Sempurna Untuk Menjadi Manusia

Eksotisme Lombok

Diperbarui: 13 Agustus 2019   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Koleksi Pribadi

Hampir setahun pasca gempa yang terjadi di bulan juli 2018, kami beserta rombongan berkesempatan mengunjungi pulau eksotis nan indah yaitu Lombok. 

Tiba di Bandar Udara Internasional Lombok di Praya sekitar pukul 13.00, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Hotel Jayakarta, yang kami tempuh sekitar 45 menit. 

Sepanjang jalan yang kami lalui terlihat lengang, tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Jalanan begitu lebar dan mulus, sehingga mobil yang membawa rombongan kami bisa melaju dengan kencang tanpa hambatan, berasa seperti jalan tol.

Eksotis adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keindahan pulau Lombok, dari pantai berpasir hitam, pantai berpasir putih dan gunung Rinjani. 

Deburan ombak, lambaian pohon perdu di tepi pantai menambah suasana menjadi syahdu. Sisi eksotisme yang lain bisa dilihat dari penduduk di sana. Perempuan di Lombok tampil lebih sederhana tanpa banyak riasan makeup, terlihat lebih natural. 

Dari karyawan hotel, karyawan di pusat oleh-oleh, penduduk lokal rata-rata tampilannya seperti itu, justru itulah yang menjadi daya tarik, bisa tampil sederhana dengan tetap menjaga kearifan lokal.

Hari terakhir kami berkesempatan untuk mengunjungi desa adat yang berada di Dusun Sade, Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kab. Lombok Tengah. 

Dusun Sade di huni sekitar 700 orang dari 150 Kepala Keluarga, Pekerjaan utama kaum pria adalah bertani dan pemandu wisata, sementara wanitanya menjadi penenun dengan produk unggulannya adalah Blanket, Kecapu dan Sabuk. 

Untuk menjaga kelestarian budaya, rumah penduduk Sade tetap di pertahankan keasliannya, menggunakan atap dari jerami dan daun kelapa, tidak boleh di keramik dan skat dari papan kayu. 

Dulu mereka menganut animisme dan dinamisme, tapi sekarang semuanya sudah beragama Islam. Informasi yang disampaikan mas Bayu selaku pemandu lokal, dulu mereka sholatnya wektu telu, tapi sekarang sudah 5 waktu. Ketua adat sangat berperan dalam menjaga tradisi dan budaya, termasuk di dalamnya masalah perkawinan.

Kearifan lokal dan infrastruktur yang baik, diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata ke pulau Lombok. Gelaran MotoGP di Sirkuit Mandalika tahun 2021, kerajinan mutiara, dan pemandangan bawah air di Gili Trawangan adalah sederet bukti tentang kesiapan Lombok menjadi Bali Ke 2 di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline