Lihat ke Halaman Asli

Advokat Agus Candra

Advokat dan Konsultan HKI

Kenyamanan Pangan Vs Keanekaragaman Pangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Masyarakat Indonesia tidak dipungkiri lagi bahwa saat ini sudah nyaman untuk mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Di tengah kenyamanan pangan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi beras. Pemerintah dihadapkan kepada upaya untuk memprogramkan keanekaragaman konsumsi pangan. Upaya menganekaragamkan pangan ini kembali didengungkan oleh pemerintah ditengah upaya pemerintah menjaga kesetabilan pasokan beras di tanah air. Tidak bisa dipungkiri bahwa upaya penyamanan masyarakat terhadap pangan beras ini telah berlangsung lama semenjak era orde baru. Ibaratnya pangan beras sudah menjadi status quo yang tidak bisa dirubah dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ibaratnya Masyarakat belumlah dikatakan sudah makan jika belum mengkonsumsi beras. Walaupun telah mengkonsumsi gandum, jagung dsb. Kenyamanan pangan oleh masyarakat Indonesia ini adalah sebuah hambatan bagi pemerintah Indonesia dalam upaya untuk menjalankan program keanekaragaman pangan di Indonesia. Menurut hemat saya upaya penganekaragaman pangan itu sangat penting dilakukan melalui pendekatan budaya (kultur), melalui pendekatan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan desa. Selain itu edukasi akan kandungan gizi yang setara dengan beras perlu dilakukan ke masyarakat. Jika selama ini masyarakat gengsi untuk memakan singkong karena diibaratkan makanan wong cilik. Maka pemahaman ini perlu di rubah dengan edukasi pemahaman kandungan gzjinya yang terkandung di dalam singkong itu sendiri. Begitu juga dengan makanan pangan Jagung sebenarnya kandungan gizinya tidak kalah dengan beras itu sendiri.Sekarang bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang berusaha menganekaragamkan pangannya itu sendiri ? sebenarnya masyarakat indonesia bisa-bisa saja mengkonsumsi makanan olahan non beras seperti gandum yaitu mie instan. Karena mie Instan merupakan makanan favorit masyarakat Indonesia setelah beras.Dari kasus ini kita bisa melihat bahwa sebenarnya masyarakat bisa mengkonsumsi mie instan karena telah membudaya dengan makanan ini, terlebih dengan gencarnya iklan mie instan di berbagai media yang selalu memanjakan lidah. Tugas pemerintah saat ini adalah memodernkan pengolahan berbagai makanan pangan lokal kita seperti garut, singkong, jagung dll. Jika kita berikan sentuhan teknologi sehingga berbagai pangan tersebut bisa di konsumsi secara cepat, maka bisa saja masyarakat mengurangi makanan beras. Pangan itu selalu mengikuti tren globalisasi budaya. Lihat saja pangan fast food sekarang itu menjadi konsumsi masyarakat kita yang dinamis dan mengglobal. Maka sudah saatnya keanekaragaman pangan mempertimbangkan kondisi budaya di era globalisasi ini. Masyarakat akan selalu menunggu makanan yang sehat, kandungan gijinya tinggi, namun bisa tersedia dengan mudah dan cepat. Jika hal ini tidak bisa dilakukan, maka upaya keanekaragaman pangan hanya sebuah upaya yang melelahkan, karena masyarakat sudah terbiasa dengan kenyamanan mengkonsumsi beras.

Agus Candra Suratmaja, S.P

Pengamat Masalah Pangan dan Pertanian. Bekerja di PT. Agrindo Hartha Mekar Jakarta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline