Lihat ke Halaman Asli

Agusanto Mulyawan

Student of MBA in Tech President University

Terjun ke Bisnis E-Commerce? Tidak Harus Selalu dengan Berjualan Lho!

Diperbarui: 6 Maret 2021   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Mendengar kata e-commerce, tentunya kita pasti sudah sangat familiar dan sudah hampir menjadi kegiatan yang umum dan rutin dilakukan semua orang dalam melakukan pembelian atau penjualan barang / jasa karena menawarkan berbagai kemudahan.

Untuk yang ingin mulai berbisnis, pastinya terbersit untuk dapat berkecimpung dan ikut meraup untung dalam bisnis e-commerce ini, namun sering dihadapkan pada suatu kondisi “saya tidak punya produk untuk dijual”, “saya tidak punya toko online”  atau “mulai dari mana bisnis e-commerce ?”

Penulis mencoba melihat dari sisi lain gegap gempitanya bisnis e-commerce, dengan banyaknya transaksi online e-commerce di Indonesia memunculkan suatu pembahasan bahwa berbisnis dalam e-commerce tidak harus selalu dengan ikut berjualan produk, tapi juga bisa meraup untung dari bisnis pengirimannya (logistic delivery). Pada akhirnya, semua barang dari transaksi online tersebut tetap harus ada yang mengirimkannya ke konsumen kan ?

Pertumbuhan e-commerce berkembang sangat pesat di Indonesia, pada tahun 2018 e-commerce bertumbuh 78%, yang pada waktu itu merupakan tertinggi di dunia, diikuti oleh Meksiko, seperti dikatakan oleh Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary di  Jawa Timur, Rabu (27/2/2019).

Bahkan ditengah pandemi Covid-19, transaksi e-commerce pun masih mengalami pertumbuhan yang positif, dimana pada tahun 2020 terdapat kenaikan nominal transaksi e-commerce 29.6%, dari Rp 205,5 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 266,6 triliun di tahun 2020 seperti dilansir Bank Indonesia pada Januari 2021.

Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia terjadi pergeseran perilaku masyarakat, yang tadinya hanya mencoba-coba untuk membeli suatu barang secara online, kini justru 'ketagihan' untuk belanja online. "Di satu sisi ekonomi global terkontraksi, tapi tidak terjadi pada teknologi digital. Kami melihat ini sebagai new growth engine," ujar Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendrata dalam diskusi virtual (6/7/2020).

Tentunya dengan pesatnya dunia e-commerce ini juga memberi peluang yang sangat besar  bagi jasa pengiriman barang atau logistic delivery, yang sebenarnya merupakan tulang punggung dari aktivitas e-commerce ini. Tidak hanya perusahaan logistik skala besar, namun pelaku usaha logistik kelas UMKM pun ikut kecipratan rezeki dari kirim mengirim barang. Ini peluang bisnis lho !!

Seperti diceritakan oleh Wahyu, pria berusia 33 tahun dari Jakarta yang belakangan sibuk mengembangkan bisnis logistik yang dirintisnya pada bulan Oktober 2020. Meski baru berjalan kurang dari setahun omzetnya sudah mencapai Rp 300-498 juta per bulannya.

“Tidak perlu takut” ujar Wahyu lagi, menurutnya semua orang bisa memulai bisnis ini walau memiliki modal terbatas ataupun pengalaman yang minim, “caranya adalah dengan membeli waralaba atau menjadi agen perusahaan jasa kurir, seperti ID Express, JNE atau lainnya.”

Pria lulusan Akutansi dari Universitas UII Yogyakarta ini bercerita, awalnya ia bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai Head of Finance & Accounting. Kemudian karena melihat peluang bisnis e-commerce yang berkembang, akhirnya ia memberanikan diri membuka bisnis logistik pengiriman barang . Modal untuk membuka usaha ini sekitar Rp 200 juta-an untuk meyewa sebuah ruko serta barang barang keperluan lain seperti alat transportasi, komputer, timbangan, alat-alat packaging, dan lain-lain.

Pada masa awal bisnis logostiknya berjalan , Wahyu hanya mempekerjakan 3 orang karyawan dan volume pengiriman barang rata-rata sekitar 300 buah paket per hari, namun saat ini dalam waktu 6 bulan sudah mempunyai 8 orang karywan dan dapat mengirim barang sampai dengan 3,000 buah paket per hari pada saat waktu-waktu puncak atau event.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline