Lihat ke Halaman Asli

Lunturnya Rasa Sosial Dalam Pilkada DKI

Diperbarui: 23 Maret 2017   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Represi atas kepentingan adalah kepentingan itu sendiri”

(Jurgen Habermas)

Sepenggal kalimat dari seorang filsuf dan sosiolog dari Frankfurt, Jurgen Habermas diatas sangat dalam sekali maknanya. Terlebih lagi jika kalimat tersebut dikaitkan dengan fenomena Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang terjadi sekarang ini. banyak sekali represi dari pendukung salah satu pasangan calon ke calon lainnya mulai dari isu etnis, agama, kinerja dan lain sebagainya. Represi tersebut bisa kita jumpai baik di dunia nyata maupun di sosial media seperti FB dan twitter.

Diantara beberapa represi yang paling heboh adalah beredarnya spanduk provokatif yang bertebaran dibeberapa masjid. Isinya adalah larangan untuk menyolati jenazah pendukung Ahok-Djarot yang beragama Islam.  Pada awalnya banyak yang mengira bahwa spanduk tersebut hanya gertakan ‘sambal’ saja. Namun pada kenyataanya larangan tersebut benar adanya.  Sebagaimana yang dilansir dari laman liputan6.com,Jenazah seorang nenek 78 tahun bernama Hindun ditelantarkan oleh masyarakat sekitar. Pasalnya, sang nenek yang sudah tidak bisa jalan sejak lama itu memili pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat saat Pilkada putaran pertama.

Tentu saja kejadian seperti diatas sangat disayangkan. Bukankah dalam Islam sendiri mengajarkan, bahwa kewajiban seorang muslim satu dengan muslim lainnya itu ada 5. Pertama, apabila mengucapkan salam maka jawablah. Kedua,apabila sakit maka jenguklah. Ketiga, apabila minta nasihat maka nasihatilah. Keempat, APABILA MENINGGAL MAKA SHOLATKAN DAN KUBURLAH. Kelima, apabila diundang hadirlah. (Al-hadist).

 Dalam sebuah era demokrasi, tentu saja sifat salah satu calon dan pendukungnya seperti diatas sangat tidak manusiawi dan menciderai demokrasi. Bukankah demokrasi memberikan kebebasan kita untuk menentukan sebuah pilihan tanpa adanya tekanan dari pihak lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline