Lihat ke Halaman Asli

BBM Bersubsidi Tidak Ubahnya Mensubsidi Maling, dan Terkait Pilkada DKI Satu Serta Pemilu 2014

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Benarkah rakyat disubsidi ?, pertanyaan ini timbul dari benak rakyat kecil yang menjerit, bukan dari demonstran yang anarkhis dengan merusak berbagai fasilitas pelayanan public (tampak dalam tayangan TV bagaimana demonstran memukuli lampu stopan dengan menggunakan sebatang kayu). Kata subsidi begitu diagungkan oleh kelompok kepentingan tanpa melihat dampak dari pola subsidi yang selama ini dilakukan Pemerinta dimana sebenarnya sama sekali tidak bermanfaat terhadap kemaslahatan umat.

Pernahkan mereka berhitung dari dana ratusan triliun subsidi minyak berapa persen yang di curi oleh para penyelundup?. Bisakah dipercaya kepolisian Negara dapat mengawasi sepenuhnya proses penjualan minyak bersubsidi?. Sedikit fakta, di sebuah kecamatan kecil saja pengusaha pensuplai minyak bersubsidi masih dapat menyelewengkan penjualan minyak bersubsidi dengan tanpa tersentuh hukum. Jika fenomena yang sama terjadi diseluruh penjuru tanah air dan terjadi transaksi penyelundupan di tengah laut, bisa dibayangkan berapa persen kerugian rakyat dan Negara karena penyelundupan minyaktersebut.

Minyak seharusnya nol dari subsidi, karena mensubsidi minyak sama halnya mensubsidi maling kelas kakap bahkan kelas dunia. Sebagai rakyat kecil, sedikit menganalisa sederhana, jika disparitas harga antara Indonesiadengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste, Australia, dan sebagai jalur perdagangan internasional memungkinkan kapal-kapal dagang, tangker, kargo, dan sebagainya melintasi perairan Indonesia. Dengan demikian siapa yang tidak tergiur dengan murahnya BBM di Indonesia, selisih ratusan rupiah saja mereka tidak segan menggelitik oknum sindikat dalam tubuh Pemerintahan, BUMN Pertamina, penegak hukum apalagi selisih nominal harga BBM sampai ribuan rupiah.

Belum lagi oknum pengusaha domestic, yang jelas-jelas dalam kondisi genting ketika rakyat mulai panik karena naiknya harga BBM, mereka dengan beraninya melakukan penimbunan BBM bersubsidi, tentunya rakyat kecil berfikir kembali, jangan-jangan ketika kondisi tenang mereka lebih gila dalam mencuri minyak bersubsidi.

Seperti pepatah mengatakan “Sudah jatuh tertimpa tangga pula”, Negara ini sudah bobrok karena korupsi. kini atas dukungan demonstran dan partai yang komitmennya diragukan dalam membela rakyat untuk tetap mensubsidi BBM yang banyak dicuri oleh kaum kapitalis. Rakyat kecil menduga kisruh harga BBM adalah pencitraan partai-partai yang sedang berusaha merebut hati warga DKI agar seolah-olah mereka adalah pejuang rakyat atau lebih jauh lagi persiapan tahun 2014. Dengan kisruhnya DKI khususnya diharapkan rakyat semakin terhimpit dan kemudian mudah untuk tangkap umpan.

Ketika menulis, sebenarnya rakyat kecil gelisah karena BBM akan naik, namun justru kegelisahan yang dalam adalah mengapa masih ada keputusan subsidi BBM baik oleh pemerintah maupun anggota DPR, dan lebih parah lagi demo anarkhis untuk mempertahankan subsidi yang lebih besar, sungguh tidak realistis. “Maling teriak maling sembunyi di balik dinding, pengecut lari terkencing-kencing. Tikam dari belakang lawan lengah diterjang, kasak kusuk mencari kambing hitam”, demikian sekelumit syair dari lagu Iwan Fals yang merupakan idola rakyat kecil mengakhiri keluhan malam sabtu menjelang kenaikan BBM bersubsidi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline