Lihat ke Halaman Asli

Pilih Pemimpin Itu yang Amanah Tidak Munafik (Pilpres 2014)

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kini bangsa  Indonesia sedang  dihadapkan pada persoalan  memilih  salah satu  dari dua kandidat presiden.  ada yang sudah  haqul-yaqin  memilih  Jokowi-JK,  ada yang haqul-yaqin  memilih  Prabowo -Hatta,  namun ada pula  yang  masih menimbang-nimbang  apakah  akan condong memilih Jokowi-JK atau  akan condong memilih Prabowo-Hatta.

Pada kelompok  yang masih menimbang-nimbang atau katakanlah dengan sebutan kelompok ketiga, mereka ini benar-benar sedang diuji kecerdasannya. Mereka selalu memantau perkembangan dari semua lini seperti  mengikuti berita di televisi, koran, internet bahkan tidak segan-segan  bertanya  kepada  kawan sejawat, kawan pergaulan, atau melakukan  rapid survey dengan menanyakan orang  sepanjang jalan yang mereka lalui.

Bahkan lebih ekstrim lagi,  mereka tidak segan-segan bertanya pada kuburan  orang pinter  untuk meyakinkan bahwa mereka tidak salah pilih. Lebih ekstrim lagi yaitu dengan  menanyakan pada orang gila yang  lewat  depan rumah  supaya  lebih mantap  dalam  memilih atau memprediksi kemenangan salah satu kandidat.  Harus diakui  orang yang berperilaku demikian biasanya memiliki  mental  judi  sehingga selalu memanfaatkan momentum apapun yang sekiranya  bisa menjadi ajang judi.

Demam judi  yang merupakan  side effect demokrasi umumnya melanda masyarakat  pedesaan, mengapa  demikian ?  hal ini sangatlah beralasan mengingat  masyarakat pedesaan terbiasa  dengan  Pilkades .  Dalam Pilkades  diberbagai belahan Indonesia  (tidak semuanya)  sering menjadi ajang judi.  Biasanya para petaruh adalah orang-orang yang fanatik terhadap salah satu kandidat serta sebagai  unjuk  pengaruh dan kekayaan.

Untuk itulah perlu adanya upaya mengajak  masyarakat   untuk lebih rasional dalam memilih  Pemimpin  Bangsa, jadi jangan disamakan dengan Pilkades yang memiliki ranah politik sebatas desa. Dengan apakah mendidik masyarakat berpolitik yang cerdas ?. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan  indikator-indikator  yang terukur dan jelas. Misalkan saja   janganlah memilih  Pemimpin yang munafiq, adapun  ciri-ciri orang  munafiq  itu  menurut  Kanjeng  Nabi Muhammad, ada 3  yaitu  jika  berkata  dusta,  jika diberi amanah akan berkhianat,  jika  berjanji akan  ingkar.

Sebagai insan  yang  memiliki kepedulian terhadap masa depan bangsa  ini,  marilah kita bersama-sama  menggali   potensi  kemunafikan dari  kedua  kandidat, sehingga  penghuni dunia maya  ini bisa  memilih secara cerdas  salah satu kandidat  Presiden Republik  Indonesia  tercinta. Di sini tidak dituntut  obyektifitas, silakan siapa saja  yang pro ataupun kontra serta  adu kecerdasan dalam menyajikan dan menganalisa  data,   " jika anda  cerdas  pasti anda akan  bersuara" .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline