Lihat ke Halaman Asli

Anak Butuh Komunikasi, Bukan Proteksi

Diperbarui: 1 Mei 2017   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Waktuku.com (Ilustrasi)

Panggilannya Vina, nama lengkapnya Vina Alvina Dewi, umurnya enam tahun.  Siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini tiba-tiba mogok tidak mau sekolah.  Sudah dijemput dan dirayu gurunya untuk berangkat ke sekolah tetap tidak mau.  Pasalnya beberapa minggu yang lalu Vina dan kawan-kawannya disekolah sudah latihan menari untuk lomba menari anak PAUD tingkat Kabupaten.  Segalanya sudah dipersiapkan, termasuk baju menari dan rencana keberangkatan ke Kabupaten.  Sudah bisa dibayangkan betapa senangnya vina akan mengikuti moment ini.  Namun ayahnya yang bekerja di tangerang tiba-tiba tidak mengijinkan, maka seketika vina “pundung,” mogok sekolah, malu katanya bertemu dengan teman-temannya.

Image:  Waktuku.com (Ilustrasi

Selama ini Vina dibesarkan oleh neneknya di kampung, sedangkan kedua orang tuanya bekerja di kota dan pulang satu atau dua bulan sekali.  Sebuah fenomena yang sudah umum terjadi di kampung ini, tentu karena satu alasan, yaitu ekonomi.

Cerita diatas adalah salah satu kisah nyata dimana anak selalu membutuhkan suport orang tua.  Anak usia 0 sd 6 tahun adalah masa keemasan tumbuh kembang anak, tidak hanya fisiknya, akan tetapi juga mentalnya. 

images-makasar-tribunews-com-59070c9628b0bd8225e5662e.jpg

Image:  Makasar.Tribunews.com (Ilustrasi)

Orang tua terkadang menganggap memproteksi anak adalah sebuah kasih sayang, kekhawatiran yang berlebihan terkadang tidak disadari oleh para orang tua.  Padahal anak membutuhkan kepercayaan dari orang tuanya, anak butuh kreatifitas yang tidak dihalang-halangi.  Tugas orang tua adalah mendukung dan mengarahkan, bukan menghalang-halangi. Prinsip ini tentu tidak hanya berlaku pada anak usia dini saja, tetapi selama anak dalam masa pertumbuhan fisik, mental, dan menemukan jati dirinya.

Fenomena anak dititipkan pada neneknya menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak.  Padahal proses mendukung dan mengarahkan alatnya adalah komunikasi. Menanamkan nilai-nilai positif pada anak seperti ibadah agar anak mengenal Tuhannya, menyayangi orang tua dan saudara-saudaranya, dan sebagainya, alatnya juga komunikasi. Komunikasi yang paling efektif antara orang tua kepada anaknya adalah dengan memberikan contoh, sebab anak adalah peniru yang ulung.  Bagaimana mungkin orang tua akan memberikan contoh jika teramat jarang bertemu dengan buah hatinya.

Anak yang mudah “pundung” karena keinginannya tidak dituruti adalah karena faktor kebiasaan yang dialaminya tidak pernah tidak dalam memperoleh keinginannya.  Nenek akan cenderung lebih memanjakan cucunya sehingga semua keinginan cucunya akan diturutinya.  Padahal tugas mencetak generasi ini lebih utama terletak pada orang tuanya, bukan neneknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline