Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Berobat di RSUD Ajidarmo Rangkasbitung dengan BPJS Kesehatan

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan oktober 2014 saya memutuskan untuk ikut bergabung di BPJS kesehatan karena menyadari betapa pentingnya perlindungan kesehatan bagi saya dan keluarga.Sebenarnya sudah lama ingin ikut asuransi perlindungan kesehatan tapi baru BPJS yang preminya murah meriah (untuk ukuran kantong saya). Bayangkan saja, premi kelas rawat I cukup dengan membayar Rp59.500,-/orang/bulan, sehingga untuk saya, istri, dan dua orang anak saya hanya perlu membayar Rp238.000,- per bulan. Tentu tidak ada seharga ini pada asuransi Swasta.

Tanggal 25 Januari2015, tiba-tiba istri saya mengeluhkan sakit di perutnya bekas operasi usus buntu tujuh tahun yang lalu.Pagi tanggal 26 Januari 2014 kami menuju Puskesmas tempat perawatan fasilitas tingkat I pelayanan BPJS.Hasilnya kami memperoleh rujukan ke dokter bedah RSUD Ajidarmo Rangkasbitung.Menempuh perjalanan setengah hari dari Selatan Kabupaten Lebak menuju Rangkasbitung menggunakan mobil sewaan, sekitar jam 18.00 kami baru sampai, maklum jalanan yang rusak dan rasa sakit perut istri saya jika harus dipaksa kebut, jadi terpaksa pelan-pelan.

Sesampai di RSUD kami langsung menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan setelah menyerahkan berkas persyaratan termasuk rujukan, seorang laki-laki petugas medis langsung dengan galaknya berkata. “ini mah untuk ke poli bedah pak, bukan ke sini... tidak bisa langsungdirawat, tempatnya penuh... kalau langsung dirawat malah nanti menunggu kelamaan...”dengan masih terbengong-bengong, saya mengambil berkas yang ada ditangannya dan menyerahkan ke petugas lain yang tidak jauh dari situ.Oleh petugas ini kemudian berkas tersebut diserahkan sambil ditanyakan ke petugas lain yang saya kira itu pasti seorang dokter.Dokter ini lah yang kemudian menghampiri kami dengan ramah dan mulai menanyakan keluhan kami.Setelah menjelaskan beberapa hal yang kami tanyakan, beliau menyarankan agar istri saya di cek darahnya untuk memastikan apakah memang kondisinya membutuhkan perawatan di ruang perawatan rumah sakit atau tidak.Akhirnya petugas mengambil sampel darah istri saya, dan tidak sampai satu jam, dokter tadi datang sambil membawa hasil tes darah istri saya.Katanya kondisi istri saya dari hasil pemeriksaan sampel darah menunjukkan hasil yang baik, membuktikan bahwa istri saya tidak perlu dirawat.Disarankannya agar besok kami kembali lagi dan berobat ke poli bedah seperti yang tertera di dalam surat rujukan tersebut.

Keesokan harinya tanggal 27 Januari 2015, setelah malam itu menginap di rumah seorang teman, kami menuju tempat pendaftaran rumah sakit untuk berobat. Jam 8.15 mulai mengantri di BPJS Center mendapat nomor urut antrian delapan puluh enam.Karena tidak tahu, setelah dari BPJS Center jam 8.43 kami langsung ke ruang poli bedah yang ketika itu masih kosong, belum ada seorang petugaspun.Berkas kami letakkan saja di atas meja petugas poli seperti pasien yang lainnya.Sekitar jam 9.25 seorang petugas poli bedah yang baru datang mengatakan bahwa pendaftaran kami belum selesai, dan harus mendaftar dulu di tempat pendaftaran.Ternyata di BPJS Center hanya pengesahan oleh pihak asuransi BPJS, bukan pendaftaran.Akhirnya saya menujutempat antrian pendaftaran dan alhamdulillah dapat nomor urut antrian seratus tiga puluh dua, dan saya dengar nomor yang dipanggil untuk dilayani baru empat puluh.Dengan perjuangan mempertahankan kesabaran, sekitar jam 10.35, nomor saya dipanggil, dan selesailah penantian saya ditempat itu.Setelah selesai, berkas saya serahkan ke ruang poli bedah, dan disini kesabaran kami kembali di uji.Alhamdulillah sekitar jam 12.30 petugas memanggil kami.Singkat cerita setelah diperiksa dan berkonsultasi dengan dokter, kami disarankan untuk melakukan USG di ruang unit Radiologi.Sebelum menuju unit radiologi kami menuju ke ruang penebusan resep untuk menyerahkan resep agar dapat diambil kemudian.Sekitar Jam 13.30 kami mendaftar di ruang unit radiologi dan mendapat jawaban bahwa jadwal USG akan dilakukan pada hari kamis tanggal 29 Januari 2015. Berarti kami harus menunggu dua hari lagi.

Sekembali dari ruang unit radiologi, saya menuju ruang penebusan resep untuk mengambil obat dari resep yang tadi saya serahkan.Petugas obat bilang dari tiga jenis obat yang ada diresepCuma ada satu yang ada, dua lainnya sedang kosong.Mungkin karena capek dan sudah habis kesabaran saya, dengan nada agak sedikit keras saya menanyakan “apakah kalau berobat dengan BPJS selalu tidak ada obatnya...? kalau begitu sia-sia saya setiap bulan membayar iuran BPJS..” dengan agak gelagapan petugas bilang “oh sebentar ya pak sepertinya ada kesalahan, kami cek dulu ya...?”sepuluh menit kemudian petugas tadi muncul lagi... “ini pak obatnya...” sambil menjelaskan aturan pakainya, yang tidak saya perdulikan.

Kamis tanggal 29 Januari 2015, sekitar jam 7.30 kami langsung menuju ruang radiologi.Jam 8.00 ketika petugas datang saya langsung menyampaikan bahwa istri saya mendapat jadwal USG hari ini.Petugas tadi melihat jadwal di papan memastikan nama istri saya ada di papan jadwal dan kemudian mengatakan agar kami kembali lagi sekitar jam 9.30 karena dokternya belum datang.

Sambil menunggu dokter radiologi datang kami mengantri di BPJS center karena hasil USG nanti tentu harus kami konsultasikan ke dokter bedah yang kemarin memeriksa istri saya.Untuk mendapatkan pelayanan dari dokter poli bedah tentu kami harus mendaftar lagi, karena rekomendasi BPJS dan pendaftaran hanya berlaku untuk satu hari kerja.Tapi betapa terkejutnya kami, karena pihak BPJS tidak menyetujui permohonan kami sebelum obat yang kemarin diberikan dokter sudah habis. Berarti hari senin tanggal 2 Februari 2015 kami baru boleh mengajukan permohonan pelayanan dengan BPJS lagi.

Dengan rasa amat kecewa, kami memutuskan untuk tetap melakukan USG dengan pelayanan BPJS dan mengkonsultasikan ke dokter bedah dengan fasilitas umum/layanan umum tanpa BPJS.Ternyata dengan pelayanan tanpa BPJS dan dengan membayar Rp32.000,- kami dilayani lebih cepat, dan sekitar jam 10.30 kami sudah selesai memperoleh pelayanan .Alhamdulillah istri saya tidak apa-apa, menurut dokter rasa sakitnya hanya karena usus bekas operasi bergesekan dengan dinding abdomen dan akan sembuh dengan mengatur pola makan yang baik.

Pengalaman ini saya tulis dengan tidak bertendensi apapun kecuali hanya berbagi pengalaman semata bagi orang lain.Terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada pemerintah, BPJS kesehatan, dan RSUD Ajidarmo karena selama kami berobat menggunakan BPJS, kami tidak dipungut biaya sepeser pun, serta atas pelayanan umum yang murah dan cepat ketika kami menggunakan layanan tanpa BPJS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline