Pada dasarnya, berbagai bencana di Indonesia sebagian besar terkait secara langsung dengan proses geologi (geological seperti gempa bumi dan vulkanisme), proses hidro-meteorologi (hydrometeorological) seperti kekeringan, kebakaran, longsor, abrasi, erosi, angin topan, banjir, dan lain-lain.
Karakteristik Wilayah Indonesia terdiri dari lautan, perairan dan daratan serta memiliki banyak gunung api, lautan, selat, teluk, dan danau memberikan banyak pengalaman empiris tentang kejadian bencana yang memakan korban jiwa yang banyak.
Tidak hanya bencana meletusnya gunung merapi, tapi gempa bumi, bencana tsunami serta bencana alam lainnya telah memberikan pengalaman empiris bagi masyarakat lokal berupa kearifan lokal memprediksi dan melakukan mitigasi bencana alam di daerahnya.
Seperti yang dialami oleh masyarakat Banten dan sekitarnya baru-baru ini usai dilanda gempa bumi pada tanggal 14 Januari 2022 lalu.
Diberitakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) menjelaskan penyebab gempa magnitudo 6,6 yang terjadi di Banten pada Jumat (14/1) sore. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan berdasarkan hasil analisis BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 7,21 derajat Lintang Selatan-105,05 derajat Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.
Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Guncangan gempa magnitudo 6,6 di Banten pada pukul 16.05 WIB, memiliki skala guncangan VI MMI atau getaran dirasakan oleh semua orang dan mengakibatkan kerusakan ringan, seperti dapat melepaskan tembok dan plesteran semen rumah.
Ribuan rumah dan puluhan bangunan publik rusak pasca gempa bumi melanda Banten dan sekitarnya. Gempa Bumi Magnitido 6,6 di Samudera Hindia sebelah Selatan Banten di tanggal 14 Februari 2022 telah mengakibatkan kerusakan yang sangat banyak merusak rumah dan bangunan warga. Kawasan Selatan Banten memang menyimpan potensi gempa bumi hingga Magnitudo 8,8 yang harus diantisipasi.
Hasil riset mengatakan bahwa ada sekitar 3.078 rumah rusak akibat gempa, sementara bangunan publik yang rusak, 51 gedung sekolah, 17 fasilitas kesehatan, 8 kantor pemerintahan, 3 unit tempat usaha, dan 21 tempat ibadah. Dari kerusakan gempa ini, apa yang mau dikatakan? Yah, Banten Selatan, terutama lokasi gempa tektonik ini butuh bangunan yang tahan gempa dan mitigasi pencegahan agar korban jiwa tidak banyak ketika suatu saat muncul gempa bumi kembali.
Gempa Akibatkan Runtuhnya Bangunan
Berdasarkan peta guncangang tanah (shakemap) yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dampak guncangan gempa bumi kali ini dirasakan cukup luas, bahkan getarannya sampai hingga Bekasi. Sebanyak 822 kecamatan atau sekitar 92 kabupaten di sekitar wilayah episenter gempa bumi, terdampak. Kekuatan guncangan ini dalam intensitas II hingga VI skala modified mercalli intensity (MMI).