Kabar gembira sekaligus memupus kabar hoaks atau berita burung seputar wacana 'Presiden Jokowi Tiga Periode'. Harapan para pembual dan penjilat serta kelompok doyan buat onar dan kericuhan di negeri ini pupus sudah dengan disepakatinya Pemungutan Suara Pemilu 2024 akan digelar pastinya tanggal 14 Februari 2024.
Sah sudah bahwa tanggal sakral 14 Februari 2024 semakin menahbiskan kesakralan tanggal tersebut dengan digelarnya 'Pesta Rakyat'. Dan dengan penetapan tanggal 14 Febuari 2024 itu, maka satu wacana sumber kegaduhan berakhir pula. Tak ada lagi cerita wacana tiga periode, dan jika masih ada yang ngotot tiga periode, berarti itu adalah orang-orang yang memang tak mengikuti berita atau memang tercipta menjadi orang pembuat gaduh.
Melansir dari Kompas.com, DPR, Pemerintah, bersama penyelenggara pemilu telah menyepakati bahwa tanggal 14 Februari 2024 bertepatan dengan tanggal hari Kasih Sayang alias Valentine Day, juga adalah harinya pemungutan suara bagi seluruh rakyat Indonesia alias Pesta Rakyat.
Pemilihan tanggal yang tepat menurut saya, dimana disitu menggambarkan agar di hari pemungutan suara itu, rakyat mengingat dan melaksanakan bahwa hari itu adalah hari kasih sayang, memilih dengan hati, bukan emosi, memilih calon dengan menggunakan akal sehat, bukan karena faktor money politic, termakan janji-janji manis Paslon, atau bahkan termakan rayuan atau untaian tata kata yang mempesona dan membuai dengan janji-janji palsu seperti yang pernah dijanjikan oleh seorang paslon yang kini duduk manis di Balaikota DKI Jakarta.
Itu alasan pertama mengapa Pemilu 2024 diserentakkan tanggal 14 Februari 2024 bertepatan dengan hari Valentine Day. Alasan kedua, untuk menegaskan bahwa Cinta Tanah Air dibuktikan dengan kasih sayang kepada sesama dengan ikut berpartisipasi di bilik suara untuk mencoblos pasangan calon yang benar-benar merakyat dan membangun Indonesia dengan penuh cinta kasih.
Mencari pemimpin yang benar-benar memiliki naluri kerja, mencurahkan segala pikiran dan tenaga yang dia miliki seperti Presiden Jokowi selanjutnya tidaklah perkara mudah.
Kita lihat sekarang, siapapun bebas pengen jadi presiden dan ngotot dengan menghalalkan segala cara. Sampai-sampai minta ambang batas dalam Presidential Threshold yang sudah 20 persen, mintaknya sampai ambang batas 15 persen, 10 persen, bahkan sekarang minta 0 persen.
Ini namanya dikasih hati minta jantung bukan? Dan lucunya yang minta itu adalah partai yang pernah berkuasa selama 10 tahun, mereka seenak perutnya meminta diterbitkannya Perppu demi penghapusan ambang batas pencalonan presiden alias presiden treashold yang dulunya menggolkan undang-undang ambang batas 20 persen demi kepentingan politik mereka.
Terungkap seperti dilansir dari kompas.com bahwa tahun 2009 SBY disebut menjadi pengusung agar partai-partai politik koalisi mendukung dan menyetujui kenaikan ambang batas sebesar 20 persen dari awalnya 4 persen. Dan berlanjut hingga tahun 2014, SBY juga masih menginginkan presidential threshold berada pada angka 20 persen.
Jadi intinya presidential threshold itu adalah akal-akalan para politikus dan partai yang ingin dan ngotot paslonnya bisa gol dan menjadi pasangan yang bertarung di Pemilu 2024 nanti.