Mengenalkan sejak dini kepada anak-anak manfaat makan daging adalah sesuatu keharusan, mengapa? Banyak penelitian menyebutkan bahwa dalam daging ayam itu sendiri mengandung banyak nutrisi dan gizi. Namun, tentunya bukan sembarang daging ayam yang diberikan kepada anak-anak atau keluarga.
Seperti kita ketahui bersama, ada dua jenis ayam, pertama tentunya ayam kampung dan kedua ayam ras atau ayam broiler. Berdasarkan sejarahnya, ayam kampung lebih diminati oleh keluarga kami, karena memang sejak kecil, di kampung kami, bahkan mayoritas di kampung-kampung di Indonesia ini pastinya memelihara ayam kampung dibandingkan ayam broiler, kenapa? Karena sudah tradisi dari turun temurun, dimana memelihara ayam kampung sudah menjadi santapran tradisional dan lekat dengan pola kehidupan masyarakat yang doyan makan daging ayam kampung.
Selain itu, memelihara ayam kampung memang memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan memelihara ayam ras atau ayam negeri atau dikampung kami dikatakan ayam oto (ayam tidak cerdas). Mengapa? Karena disamping ayam kampung yang bisa di lepas sampai keluar dari pekarangan rumah, karena dulu menyatu dengan alam, rumah-rumah memiliki pekarangan luas, bahkan ayam dilepaskan di lahan-lahan luas untuk mencari makan sendiri dengan mengais rumput atau tanah, kebiasaan itupun sampai sekarang masih terpelihara.
Dengan bermodalkan sedikit lahan di belakang rumah, maka jadilah saya dan anak-anak masih suka memelihara ayam kampung. Dan mengenalkan makan daging ayam kampung asli, merupakan sebuah keharusan dan sudah tradisi kakek sampai sekarang yang masih terpelihara dengan baik.
Banyak tradisi dan bahkan sudah menjadi budaya yang sudah melekat dan sulit untuk dikesampingkan dalam hal makan telur ayam kampung, plus makan daging ayam kampung yang tidak akan bisa terlupakan walau kita sudah memasuki era modern seperti ini.
Tradisi-tradisi ini sangat relevan dan tidak tergerus oleh era teknologi seperti ini, bahkan di era teknologi ini, seharusnya makin gampang menyebarkan kebaikan apa yang didapat karena memakan telur ayam dan daging ayam, khususnya ayam kampung atau ayam tradisional.
Masih ingat kan viralnya dua keluarga makan daging ayam kampung di salah satu Rumah Makan di Dairi-Sidikalang yang ternyata harus membayar sampai 800 ribu rupiah untuk dua ekor ayam kampung yang dibuatkan dalam makanan khas Batak Toba. Kejadian di awal tahun 2018 tersebut sontak melambungkan nama khas makanan Batak Toba tersebut, yaitu Manuk Na Pinadar.
Memang ini adalah makanan khas keluarga yang bikin kangen para perantau dan ingin dibuatkan Manuk Na Pinadar ketika pulang kampung, bahkan banyak pria Batak menginginkan isterinya bisa membuat masakan khas Batao Toba yang sudah melegenda agar kapanpun pengen makan daging ayam kampung dengan resep Manuk Na Pinadar? Maka seketika itu juga keinginan itu dapat terpenuhi.
Itulah mengapa saya masih memelihara ayam kampung walau lahan di belakang rumah tidaklah luas, karena disamping untuk melanjutkan hobi memelihara ayam kampung, juga karena sadar akan manfaat telur ayam dan daging ayam kampung dibandingkan dengan ayam potong atau ayam broiler. Mari kita bahas mulai dari telur ayam kampung plus dagingnya dibandingkan dengan ayam potong.
Telur ayam kampung seperti kita ketahui bentuknya lebih kecil daripada telur ayam potong atau ayam ras, namun menurut saya gizi, protein maupun nutrisi yang terkandung di dalamnya lebih banyak dibandingkan pada ayam ras atau ayam potong.
Dan ada tradisi waktu kecil bahkan sampai sekarang yang melambangkan betapa pentingnya telur ayam kampung dibandingkan ayam ras atau telur ayam yang di jual di pasaran. Saya masih ingat ketika akan mengikuti ujian, baik itu ujian semester, ebtanas, ataupun mau mengikuti UMPTN atau Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, ibu saya selalu menyiapkan ayam telur kampung yang sudah direbus untuk dimakan bersama dengan daging ayam kampung yang sudah digulai.