Kota Medan dengan sebutan "Bandar Melayu", merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Tentunya dengan luas 265,1 km2 dan jumlah penduduk berkisar 2.247.425 jiwa (data dari sumut.bps.go.id) menunjukkan bahwa kota Medan mengalami perkembangan pesat dan menjadi kota metropolitan di Indonesia.
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang cepat, memaksa kita harus berinovasi agar kesemrawutan dan berbagai permasalahan kota Medan dapat diatasi, terutama masalah tata kota Medan agar tercipta Medan yang benar-benar kota metropolitan yang tertata rapi dan memenuhi kriteria kota yang cerdas (smart city).
Surabaya telah memberikan contoh dengan meraih berbagai penghargaan tingkat dunia. Setelah meraih "Global Green City" dalam acara Forum Global Tentang Pemukiman dan Kota Berkelanjutan di Millenium Hotel United Nation, New York, akhir Oktober 2017 bersama dengan kota Maanheim (Jerman) dan Zheijang Province (Cina), empat hari yang lalu, kembali Surabaya meraih gelar paling bergengsi di dunia bertajuk "Kota Terpopuler Secara Online" di The Guangzhou International Award 2018. Raihan ini sangat membanggakan Indonesia dan seharusnya menjadi cambuk bagi kota-kota besar lainnya di tanah air, tidak terkecuali kota Medan.
Inovasi yang dikenalkan oleh bu Tri Rismaharini, walikota Surabaya ini adalah bagaimana cara Surabaya dalam mengolah limbah plastik. Yang herannya inovasi bu Risma-akrab dipanggil-sungguh sederhana, bukan ide yang besar-besar, tetapi terkesan sederhana dan bermafaat bagi seluruh warga Surabaya dan bisa menjadi contoh bagi negara-negara metropolitan dalam mengajari warganya bagaimana memanfaatkan barang-barang disekitar kita yang kita anggap tidak berharga, ternyata sangat bermanfaat apabila di olah dan di daur ulang.
Menurut sumber terpercaya (regional.kompas.com) kebijakan bu Risma memanfaatkan limbah plastik dengan membebaskan warganya naik Suroboyo Bus cukup hanya membayar dengan botol dan gelas plastik dengan jumlah yang telah disesuaikan, sangat ampuh dalam mengatur maupun mengolah sirkulasi limbah plastik di kota Surabaya. Hasil olahan limbah plastik itu ternyata mampu dibuatkan menjadi beberapa produk baru. Produk terbarukan itu bernama aspal! Ya, sekarang aspal ternyata berbahan utama limbah plastik yang diolah menjadi pelet -- butiran kecil padat -- menggantikan 20% unsur aspal konvensional, yang umumnya berasal dari olahan langsung minyak bumi.
Setiap ton aspal yang digunakan untuk membangun jalan, terdapat unsur kimia dari olahan 20.000 botol plastik sekali pakai, atau setara dengan hasil yang didapat dari 70.000 kantong plastik sekali pakai dan hasilnya juga terbukti 60% lebih kuat dari aspal biasa (sumber: teknopreneur.com).
Medan Kota Smart City
Smart city? Yah istilah ini pertamakali di deklarasikan di kota Bandung, 23 April 2015 dengan tajuk acara Asia Africa Smart City Summit (AASCS) sebagai bagian dari rangkaian acara peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Ketika itu kota Medan sangat antusias untuk mengikuti konsep Smart City. Lalu apa langkah Pemko Medan? Salah satunya membuat lomba karya tulis ilmiah Kota Medan 2015 dengan tema "Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Mewujudkan Medan sebagai Kota Cerdas (Smart City)". Dari hasil lomba tersebut, saya mendapatkan prestasi di nomor urut tiga dengan konsep yang saya bawa waktu itu adalah "Pemanfaatan Destilasi Air Minum Tenaga Surya Sebagai Sumber Air Bersih Alternatif Menuju Medan Kota Cerdas".
Dari tiga kategori yang diperlombakan, baik dari kategori Siswa, Mahasiswa, dan Umum, terlihat hasil penemuan yang beraneka ragam dalam upaya mewujudkan Medan sebagai Smart City. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ternyata mampu membawa perubahan dalam peradaban manusia Indonesia.
Mulai dari pemanfaatan sensor, dimana saat kendaraan ramai merayap di jalanan, ada sensor di lampu lalu-lintas yang nantinya akan memindai keadaan lalu-lintas sehingga membuat lampu hijau akan menyala lebih lama untuk jalur yang merayap. Seperti dikenalkan oleh salah satu mahasiswa di perguruan tinggi swasta kota Medan mengurai kemacetan lalu lintas menggunakan metode Tsukamoto.
Lalu ada istilah E-TLE atau Tilang Elektronik, dimana pengguna jalan-raya ketika melakukan pelanggaran aturan lalu-lintas bisa langsung mendapatkan tilang, yang diantar ke alamat yang melanggar peraturan lalu-lintas. Konsep Smart City lain yang lebih menarik apliaksi jalanku.go.id yang memudahkan warga masyarakat melaporkan jalan rusak di sekitaran kota Medan dengan harapan langsung dapat diperbaiki. Dan berbagai penemuan lain yang mendukung Medan sebagai Smart City.