Lihat ke Halaman Asli

Caesar Naibaho

TERVERIFIKASI

Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

El Classico #264: Penghormatan Terakhir bagi Sang Legenda

Diperbarui: 1 April 2016   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saat jadi pemain, dalam duel el classico, Zidane dan Luis Enrique pernah berseteru musim 2002-2003. Sumber Foto : Marca.com"][/caption]El Barca berduka, El Real optimis adalah cerita menjelang El Classico yang akan dihelat di stadion kebanggaan El Barca, Nou Camp, Minggu dini hari nanti. Barcelona dan penggemarnya di seluruh dunia tentunya masih dalam suasana duka, karena salah satu legenda sepak bola yang pernah lahir di muka bumi ini telah meninggal. Ya, Johan Cruyff sang maestro sepak bola dan bintang yang membawa Belanda menjadi Juara Tanpa Mahkota di Piala Dunia 1974 serta sosok yang membangkitkan era keemasan Barcelona setelah puasa 14 tahun dan berada di bawah bayang-bayang El Real, menghadap Sang Khalik untuk selama-lamanya di usia 68 tahun setelah berjuang melawan penyakit kanker paru-paru.

Ibarat pepatah mengatakan 'gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama', begitu juga apa yang telah Johan Cruyff lakukan untuk sepak bola dunia baik sebagai pemain, juga sebagai pelatih, maupun setelah pensiun menjadi pelatih. Sudah banyak tulisan-tulisan yang mempresentasikan kehebatan sosok yang selalu rendah hati, tidak banyak membuat masalah yang kontroversial selama hidupnya, yang perlu diteladani oleh banyak orang jika ingin sukses. Sosok yang meletakkan dasar permainan tiki-taka yang menjadi kunci permainan kebanggaan El Barca beberapa dekade terakhir ini menjadikan sosok mendiang Johan Cruyff punya makna sangat penting di dalam jiwa raga para pelatih, pemain, presiden, petinggi klub, hingga para penggemar Klub Catalunya tersebut.

Belum lagi Akademi La Masia hasil restorasi sang legenda yang mengubah wajah La Masia dengan proposal sederhanannya kepada Presiden Klub kala itu, Josep Luis Nunez yang melahirkan bintang-bintang sepakbola yang mengerti dan memiliki filosofi Total Football yang diubah menjadi Tiki-Taka yang mengakar kuat di kaki seluruh pemain lulusan Akademi La Masia. Sebut saja Xavi Hernandez, Josep “pep” Guardiola, Cesc Fabregas, Andreas Inieasta, hingga seorang Leonel Messi, adalah produk-produk unggulan peninggalan sang maestro sepakbola, Johan Cruyff.

Itulah alasan, kenapa El Classico #172 di La Liga ini berbeda dengan El Classico edisi sebelumnya. Posisi Barca yang secara matematis tidak dapat dikejar oleh sang rival mengalami duka yang mendalam dan masih dalam suasana sedih menghadapi Real Madrid yang sangat optimis mampu mengalahkan Barca di kandangnya sendiri. Apalagi Zinedine Zidane, pelatih baru Madrid pasti ingin membuktikan dan pastinya juga ingin mengakhiri kutukan pelatih baru Madrid yang selalu kalah dalam duel El Classico pertamanya. Selama sembilan tahun, tidak ada pelatih Madrid yang mampu memenangkan El Classico pertama mereka. Mulai dari, Juande Ramos, Manuel Pellegrini, Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, hingga Rafael Benitez selalu kalah dalam duel kontra El Barca pertamanya.

Hanya Bernd Schuster-lah pelatih El Real yang mampu memenangkan duel El Classico pertamanya dengan skor 1-0 konta Barca tanggal 23 Desember 2007. Sejak saat itu duel kontra Barca selalu duel yang sangat menakutkan dan melelahkan bagi skuad El Real hingga saat ini. Adalah tugas maha berat bagi Zizou untuk memupus kutukan itu dan membawa kemenangan kontra El Barca sebagai jaminan mutu bagi sang pelatih jika ingin kontraknya bersama El Real berlanjut hingga musim depan. Satu-satunyan jalan agar kursi panas Zizou aman di tangan Florentino Perez, presiden Real yang doyan gonta-ganti pelatih tentunya adalah kemenangan atas Barca. Namun, itu sangat sulit mengingat di pertemuan pertama, November tahun lalu, Real dihajar 0-4 di rumah sendiri oleh trio MSN yang hingga saat ini masih menggila.

Zinedine Zidane Vs Luis Enrique
Dalam cerita Eusebio, gelandang anyar Barca kala mendiang Johan Cruyff datang dan mengenalkan filosofi Total Football ala tiki-taka yang menjadi awal evolusi skema 3-4-3, “Ia mengambil papan tulis (hitam) dan menggambar tiga bek, empat gelandang, dua penyerang sayap dan satu penyerang tengah,” kata Eusebio, gelandang yang masuk dalam rencana sepak bola Johan Cruyff pada tahun pertamanya bersama Barcelona.

“Kami semua saling berpandangan dan berkata, “What the hell is this? Kami tidak bisa membayangkan ada berapa penyerang yang bermain dan betapa sedikit bek yang bersiap di belakang.” Eusebio mencoba mendeskripsikan kebingungan dirinya dan para pemain terhadap bentuk 3-4-3 yang dipresentasikan oleh Cruyff.

Skema yang menjadi favorit para pelatih Barca beberapa dekade terakhir, tidak ketinggalan Luis Enrique tetap memainkan formasi ini dengan permainan yang memikat dan nyaris sempurna dengan trio MSN, juga pemain lini tengah yang mematikan. Tidak hanya Enrique, Zizou juga kepicut dengan skema 3-4-3 dan berencana untuk menggunakan formasi ini dalam misi melumat El Barca. Seperti diberitakan oleh media Spanyol, Zizou mempersiapkan timnya dengan baik, Karim Benzema diberi porsi latihan lebih, sinyal trio BBC dimainkan dari menit pertama menjadikan duel ini bakal seru seperti sebelum-sebelumnya. Zizou juga mempersiapkan lini tengah yang lebih kuat untuk menandingi lini tengah milik El Barca. Casemiro, Toni Kroos, Luca Modric, dan Sergio Ramos dipersiapkan untuk meredam kekuatan lini tengah Barca yang bakal diisi oleh Sergio Busquet, Andreas Iniesta, Ivan Racitic, serta Javier Mascherano.

Kekalahan di bulan November, bakal menjadi bahan koreksi bagi Zizou. Dia tidak ingin reputasinya sebagai pelatih hancur di tangan Luis Enrique yang notabene tidaklah terlalu gemilang prestasinya semasa menjadi pemain. Prestasi Enrique semasa berbaju Barca dan Real serta Timnas Spanyol, tidaklah sementereng Zizou kala menjadi pemain Juventus, Real Madrid maupun kala berbaju Timnas Perancis. Jika Tropi Piala Dunia dan Piala Eropa, serta Liga Champions indikatornya, maka Zizoulah pemenangnya, tetapi kala menjadi pelatih? Maka Luis Enrique masih di atas angin. Publik pun kembali diingatkan kala kedua pemain ini pernah adu fisik saat duel el classico musim 2002-2003, kala itu Zizou tersulut emosinya dan ‘mencengkeram’ wajah Enrique yang kala itu menjadi kapten Barca.

Fakta di atas tentunya menjadikan duel el classico di akhir musim ini semakin menarik dan pertandingan yang ditunggu-tunggu di jagat raya. Pertandingan yang pastinya menyuguhkan semua drama, kita akan melihat adu kualitas bomber terbaik di dunia. Jika Zizou dan Enrique sepakat memainkan trio penyerang masing-masing, maka akan kita lihat bagaimana duel trio BBC Vs MSN, juga lini tengah akan saling beradu, pun dengan pemain-pemain belakang bertarung untuk memenangkan pertandingan. Faktor wasit juga dapat menjadi pengubah skor duel ini, di mana tudingan wasit lebih banyak menguntungkan Barca selama musim ini lewat tagar #Ligarobada (liga dirampok) yang ditudingkan fan Madrid bisa jadi kenyataan, namun bisa juga wasit memihak Madrid.

Perang urat syaraf telah dipantik jauh-jauh hari sebelum duel ini berlangsung. Adalah Gerard Pique yang suka memancing amarah fan maupun para pemain Madrid lewat pernyataan-pernyataan kontroversialnya. “Rivalitas antara Barcelona Vs Madrid adalah sesuatu yang membuat kami selalu berada di antara yang terhebat. Saya sesekali ingin membangkitkan persaingan itu,” beber Pique yang mengindikasikan bahwa kesedihan ditinggal sang Legenda, akan dikonversikan para punggawa Barca menjadi kekuatan lebih menghadapi kedatangan El Real. Barca tidak main-main menghadapi Real dan akan membuktikan bahwa rekor tidak pernah menang dalam duel El Classico kala sudah unggul di atas 9 poin akan pupus Minggu dini hari nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline