Lihat ke Halaman Asli

Caesar Naibaho

TERVERIFIKASI

Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui Tulisan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1416119863224899249

Menulis adalah Investasi, khususnya bagi Guru PNS

Kegiatan utama Guru saat berinteraksi dengan peserta didik didalam kelas adalah mengkomunikasikan mata pelajaran yang diampunya dengan menulis. Melalui tulisan, Guru menyampaikan apa yang dia ajarkan sehingga informasi yang akan disampaikan menjadi jelas, bermanfaat dan dapat dibaca kembali oleh peserta didik di manapun dan kapanpun. Ibarat jualan, maka tulisan sang Guru akan menjadi barang yang sangat mahal harganya untuk didapatkan. Dari jamannya Ki Hajar Dewantara, hingga jamannya Bapak Anies Baswedan, peranan sang Guru didalam proses belajar mengajar dengan segala kekurangan fasilitasnya, sangat tidak dapat digantikan fungsinya oleh apapun. Tulisan guru masih sangat dinantikan dan didambakan oleh para peserta didiknya, meskipun sudah menggunakan media Teknologi secanggih apapun, goretan Guru dalam menjelaskan materi Pelajaran masih sangat diperlukan. Sebab, Menulis adalah: suatu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi yang berfungsi menuangkan pikiran dan perasaan yang teratur melalui lambang-lambang grafik sehingga dapat dipahami oleh para peserta didik. Melalui menulis, guru dapat mengekspresikan, menjelaskan, menginformasikan akan keprofesionalannya dalam mendidik para peserta didik, dengan harapan para peserta didik mampu mengisi ember pendidikan mereka, yaitu perkembangan fisik (tubuh), perkembangan aspek psikis (kognitive, afektif, moral, sosial), sekaligus aspek spiritual (ke-Rohanian) mereka, disamping memperoleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Seiring perkembangan jaman, maka tuntutuan kepada guru juga semakin banyak, salah satunya adalah peningkatan profesi dan peningkatan kompetensi serta kinerja guru setelah adanya Sertifikasi Guru. Jika saya simpulkan, maka Sertifikasi Guru adalah proses peningkatan mutu dan uji kompetensi guru oleh Pemerintah dan bagi yang sudah lulus akan diberikan tunjangan profesi karena sudah dianggap Pendidik yang Profesional, walau dalam kenyataannya kita tau sama tau. sementara, Guru yang Profesional adalah guru yang mampu:

1.Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik.

2.Meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

3.Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4.Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

5.Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Sementara peningkatan Kompetensi adalah peningkatan Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru untuk diajarkan kepada peserta didiknya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Dana sertifikasi guru yang dicairkan oleh pemerintah seharusnya dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dan keprofesionalan mereka dalam mengajar dengan membuat karya-karya tulis, metode, model pembelajaran, observasi hingga yang paling diharapkan adalah membuat Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Pun untuk guru-guru PNS yang akan mengajukan kenaikan pangkat jabatan Fungsional dari Golongan III/b ke III/c dan seterusnya, mulai tanggal 01 Januari 2013 sudah harus wajib melaksanakan Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif (Karya Tulis Ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya teknologi/seni) dengan kata lain, sudah harus lebih rajin Menulis sebuah karya tulis sesuai dengan kemampuan atau kualifikasi pendidikan yang dia punya.

Pengalaman Sederhana Menjadi Penulis

[caption id="attachment_335798" align="aligncenter" width="300" caption="Menjadi salah satu penulis di Buku Ahok untuk Indonesia, Passion untuk menjadi penulis terkabul di Kompasiana."]

1416128056548063762

[/caption]

Kegiatan menulis dan publikasi Karya Ilmiah sudah mejadi keharusan bagi para guru yang ingin mengembangkan diri mereka. Pengalaman Menulis yang telah saya alami semenjak menjadi guru dan bergabung di Kompasiana, telah membawa pengalaman unik dan menambah wawasan saya semenjak tahun 2010. Beberapa tulisan saya mendapatkan predikat HL (Headlines) dan menulis di Kompasiana sudah menjadi passion bagi diri saya, hingga puncaknya di awali September 2013, tulisan saya tentang Ahok mendapatkan apresiasi dari Kang Pepih dan team juri yang mengadakan lomba menulis Buku Ahok waktu itu. Tulisan sederhana saya, yang saya ketik ditengah-tengah kesibukan sebagai Guru Matpel TIK, menjadi salah satu pemenang dan akan diterbikan bersama dengan beberapa penulis yang sudah kenyang pengalaman. Ketertarikan akan sosok Ahok telah menghantarkan tulisan saya dibukukan dan akan dikenang oleh jaman, output bagi saya ada rasa kebanggaan dan pemantik semangat bagi diri saya untuk lebih rajin, aktif dan kreatif dalam menulis. Demikian juga saat menjadi pemenang Harapan I lomba karya tulis tentang “Anak Jalanan” yang diadakan oleh LSM Madya Insani, ini juga cambuk bagi saya untuk lebih rajin menulis.

1416120046578643284

Saat Mengikuti Pemilihan Guru Terbaik LP3I Melalui Karya Tulis Ilmiah

14161223301429135978

Narsis bareng patung Yudhistira, lambang Pengetahuan di Museum Nasional

[caption id="attachment_335878" align="aligncenter" width="300" caption="Pengalaman menjadi Nominator dengan Menulis"]

14161774091556400088

[/caption]

Ternyata Anugerah dari Menulis mengalir bagaikan air, di akhir Maret 2014, saya dinyatakan menjadi salah satu nominator guru terbaik LP3I Award dan mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil Karya Tulis Ilmiah saya di Jakarta, tepatnya di Hotel Balairung, puncak acarannya disiarkan oleh TVRI Pusat. Sekali lagi, saya mendapatkan kesempatan langka, bertemu dengan sembilan guru-guru terbaik dari seluruh penjuru tanah air yang dinyatakan Sepuluh Besar pemenang lomba Karya Tulis Ilmiah, belajar dari pengalaman mereka, mengenal dan bertekad untuk mengikuti jejak langkah mereka adalah pemicu semangat untuk tetap aktif menulis di blog, mengikuti lomba Karya Tulis untuk Guru, dan di blog keroyokan yang di sutradarai oleh Kang Pepih Nugraha.

Dari blog keroyokan ala Kompas ini juga saya mengenal lebih dekat dengan Tanoto Foundation yang didirikan oleh suami-istri peduli pendidikan, Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto. Acara yang bertajuk Kompasiana Nangkring + Bukber bareng Tanoto Foundation ini menjadi jembatan saya untuk mengenal para Kompasianer dari Medan juga tokoh hebat seperti Pak Wijaya Kesumah, guru sekaligus blogger yang sudah memiliki segudang prestasi hebat, Ibe Karyanto, Anita Lie dan banyak lagi. Walau tidak menjadi nominasi, tapi saya puas dapat belajar meresensi buku berjudul: MENJADI SEKOLAH TERBAIK Praktik-Praktik Strategis dalam PendidikanPenulis : Prof. Anita Lie, Ed D, Takim Andriano, Ph. D, Sarah Prasasti, M. Hum.Terbitan: Tanoto Foundation & Raih Asa sukses. Mendalami Visi dan Misi Yayasan yang mulai berdiri tahun 2001 ini, saya pun sangat berkeinginan menjadi bagian dari Yayasan ini, saya berkeinginan untuk mendapatkan beasiswa S-2 untuk meningkatkan kualifikasi, kompetensi dan tingkat profesional saya dari Yayasan Sukanto Tanoto.

1416122115489311675

Suasana Bukber bareng Kompasiana dan Tanoto Foundation di Medan

Tips Bagi Guru Untuk Rajin Menulis

Di mana ada Kemauan di situ ada Jalan, sepertinya pepatah ini belum terpatri dengan baik di dalam benak para guru. Banyak guru terjebak dalam ketidak mampuan untuk menulis, khususnya untuk membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas) maupun Karya Tulis Ilmiah. Banyak saya temui Guru, terutama yang sudah mulai berumur yang memiliki Pangkat dan Golongan IV/a yang akan beranjak ke Golongan IV/b dan seterusnya mentok alias tidak mau mengurusnya karena terhambat dengan aturan wajib memiliki Karya Tulis Ilmiah, membuat alat peraga, alat pembelajaran, karya teknologi/seni atau karya Inovatif. Guru malas mengerjakannya, walaupun harus terpaksa, tetap dilakukan dengan mengerjakannya ke pihak-pihak lain (pihak ke-3). Sebenarnya semua kita bisa jadi penulis, kuncinya adalah kemauan, mari mulai sekarang kita buka laptop, mulailah menulis di Microsoft Word, berikut Tipsnya:

1.Rajin Membaca

Membaca adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kita. Dengan banyak membaca pengetahuan kita akan bertambah. Sekarang sudah banyak sumber bacaan bagi kita, dengan Koneksi Internet, kita mampu mendapatkan sumber berita yang pas sesuai dengan kualifikasi akademis kita, juga kita mampu belajar sendiri pengetahuan lain dari sumber Internet. Kita dimanjakan dengan fasilitas ini, tinggal ketik di www.google.com apa yang akan kita ingin dapatkan, tugas kita hanya meresensi setiap link yang kita buka, apakah sesuai atau tidak dengan keinginan kita. E-Learning, E-book, Perpustakaan Online, Magazine Online, E-Paper sudah menggantikan peran buku cetak. Cukup beli Modem, isi pulsa maka kita sudah dapat membaca sepuas-puasnya.

2.Rajin Menulis

Setelah membaca tentunya kita tuangkan hasil pengetahuan yang kita dapat ke media lain melalui aktivitas menulis. Tulisan yang kita hasilkan haruslah versi diri kita, bukannya disadur bulat-bulat. Sebab tulisan yang kita hasilkan adalah gambaran dari ekspresi diri. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah memberikan kemudahan bagi kita untuk menulis. Kita mampu menulis kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan media Teknologi, tinggal ketik, simpan atau ulpoad melalui Blog. Jenis blog juga banyak, bisa gabung di blog keroyokan semacam Kompasiana atau di blog pribadi yang kita buat seperti di www.blogger.com, www.wordpress.com, dll.

Kesimpulan

Ki Hajar Dewantara, tokoh dan pelopor Pendidikan di Indonesia, pendiri Taman Siswa tahun 1922 berujar bahwa peranan guru adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada” (Didepan, Seorang Guru atau Pendidik itu Harus Mampu Memberi Teladan atau Menjadi Contoh Perbuatan atau Perilaku yang Baik), “Ing Madya Mangun Karsa” (Ditengah-tengah atau Diantara Para Peserta Didik, Seorang Guru atau Pendidik Harus Mampu Menciptakan Prakarsa, Ide ataupun Gagasan-Gagasan yang Kreatif dan Inovatif Demi Kemajuan Peserta Didik), dan “Tut Wuri Handayani” (Dari Belakang, Seorang Guru atau Pendidik Harus Mampu Memberikan Dorongan, Motivasi, Arahan Serta Nasehat yang Bijaksana Untuk Bekal Para Peserta Didik). Saat sekarang ini, semboyan ini masih layak untuk diterapkan, melalui tulisan, guru harus mampu menjadi teladan bagi para peserta didiknya. Semoga Tulisan guru menjadi inspirasi bagi peserta didik. Dengan tulisan yang dibaca oleh peserta didiknya, semoga Guru masih sosok yang perlu di TIRU dan di GUGU oleh Peserta Didiknya. Semoga...!!!

Oleh : Agus Oloan Naibaho

Blog : http://sunlife2014.blogspot.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline