Lihat ke Halaman Asli

Caesar Naibaho

TERVERIFIKASI

Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Kunci Keberhasilan Anak Ada di Tangan Sang Ibu

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419224743975966247

[caption id="attachment_342719" align="aligncenter" width="490" caption="Kebahagiaan Ibu tidak dapat digantikan oleh apapun, Selamat Hari Ibu"][/caption]

Ibu, adalah sosok vital dalam sebuah keluarga. Mahluk yang bernafas di dunia ini pasti dilahirkan oleh Ibunya, tidak terkecuali yang namanya Manusia. Sosok Ibu sebenarnya adalah kunci keberhasilan anak dalam upaya mencari jati dirinya. Cara merawat, mendidik Ibu menjadi kunci pertumbuhan dan perkembangan anak dalam proses dari anak-anak menuju dewasa hingga memutuskan untuk membentuk rumah tangganya sendiri. Bahkan, dalam proses rumah tangga baru, sebuah keluarga baru tidak lepas dari campur tangan Ibu dalam memberikan hal-hal dan gambaran yang positif dalam perjalanan rumah tangga.

Peranan seorang Ibu bahkan dalam beberapa ajaran Agama sangat disakralkan dan sangat dihormati. Dalam Kisah Perjanjian Baru diceritakan bahwa Anak Manusia, Putra Tunggal Allah turun ke dunia dalam wujud manusia yang dilahirkan oleh sosok Ibu, yaitu Bunda Maria tanpa proses normal perkawinan. Dalam kisah proses kelahiran Anak Manusia itu, Bunda Maria menerima Wahyu dari Malaikat utusan Allah yang bernama Malaikat Gabriel yang menceritakan bahwa dia adalah wanita Pilihan Allah untuk mengandung anak yang kelak akan menjadi Raja. Namun Bunda Maria awalnya tidak percaya, tetapi karena keteguhan hati dan kepercayaannya, dia tidak menolak bahkan menerima dengan menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut Perkataan-Mu!”. Jawaban Ibu inilah yang menginspirasi saya untuk menuliskan impian-impian saya untuk membalas kebaikan Ibu.

Selamat Hari Ibu kepada Seluruh Ibu di dunia ini, khususnya Ibu yang melahirkan saya. Saya adalah anak ke – 3 dari 6 bersaudara. Menerima pendidikan yang disiplin harus kami alami semua, sehingga masa kecil terkadang terlewatkan dengan tidak bermain-main dengan sesama teman, tetapi belajar, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah dengan metode jadwal. Misalnya, roster dibuat untuk bergotong-royong mengerjakan pekerjaan rutin rumah, seperti jadwal menyuci piring, menyapu rumah, bahkan sampai ke ladang dan menggiling kopi untuk dijemur dan dijual ke pajak.

Walau status orang tua jaman itu adalah status pekerjaan yang sudah paten dan menjamin sampai hari tua, namun Ibu tetap menerapkan istilah Pendidikan adalah harta yang paling utama, Pendidikan adalah modal yang utama dalam mencapai kesuksesan. Oleh karena itu kami harus sekolah dan sekolah serta belajar mandiri, sehingga Ibu sabar selalu mengajari kami untuk tidak segan, malu untuk bekerja dan mengembangkan bakat dan talenta.

Walau dengan status PNS, Ibu dan Bapak tidak pernah memanjakan kami, tetapi tetap mendorong sekolah dan belajar. Kami setelah tamat SMP diberikan kesempatan untuk menyenyam pendidikan SMA di Kota Medan, karena Ibu menyadari bahwa terjadi kesenjangan kualitas antara pendidikan dan sekolah yang ada di desa, kecamatan atau kabupaten dengan pendidikan ataupun sekolah setingkat SMA yang ada di Kota Medan.

Saat kami masih sekolah semua, Ayah kami sakit stroke, sehingga terjadi keguncangan dalam hal ekonomi. Tetapi sekali lagi, Ibu sangat berperan penting dalam usaha dan upaya menyukseskan anak-anaknya. Ibu berjuang agar kami tetap sekolah, tidak ada yang pulang kampung alias menjadi Pekerja dikampung karena putus sekolah. Abang saya waktu itu setengah jalan di ITB, saya juga setengah jalan di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan, apalagi adek-adek kami masih setengah jalan di Sekolah Perawat dan SMA serta SMP. Ibu tidak patah semangat, bisa dibayangkan bagaimana seorang Ibu dapat membagi perhatiannya untuk mencari duit (bekerja sebagai Bidan Desa), mengurus Bapak yang sakit dan selalu mendorong kami agar tidak pernah pulang tetapi tetap fokus kuliah dan belajar.

Terkadang saya sedih mendengar cerita tetangga bagaimana perjuangan beliau, tetap senyum dan menerima panggilan atau kedatangan para pasien jam berapapun dan dalam kondisi apapun. Terkadang dini hari ada panggilan untuk bersalin, datang jam 3 dini hari untuk berobat, dan lainnya selalu Ibu hadapi, juga dalam proses penyembuhan ayah.

Singkat cerita, kami semua sukses dalam pendidikan, tidak ada yang putus sekolah. Pendidikan minimal Diploma tiga telah kami selesaikan semua dengan baik, pun dalam pekerjaan kami sudah dapat dikategorikan sukses mendapatkan pekerjaan walau tidak sesukses yang dibayangkan. Berkat Doa dan Harapan Ibu yang tiada henti juga maka saya bersama Abang saya bisa lulus diakhir tahun 2009 saat mengikuti Ujian Saringan Masuk CPNS.

Doa dan Harapan Ibu agar kami minimal mampu mengikuti kesuksesan yang telah mereka raih dapat kami wujudkan, khususnya saya, saya yang selalu diproyeksikan oleh Ibu untuk melanjutkan perjuangan Ayah untuk menjadi Guru ternyata dapat dikabulkan oleh Sang Pencipta. Saya pun mampu melanjutkan perjuangan Ayah untuk menjadi Guru berkat Doa, Harapan dan Dorongan serta nasehat Ibu agar sabar, sabar, dan sabar dalam menjalani cita-cita.

Nah, Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membalas segala kebaikan dan pengorbanan Ibu. Walau tidak akan pernah mampu menjadi sama, namun usaha ini setidaknya menunjukkan rasa sayang, rasa terimakasih dan rasa syukur telah mendapatkan seorang Ibu yang sangat baik dan penuh pengorbanan tanpa rasa pamrih. Saya sangat ingin mewujudkan Impian Ibu saya untuk jalan-jalan rohani ke tempat-tempat wisata rohani Luar Negeri, khususnya Jerusalem.

Saya sangat ingin melihat Ibu saya di masa tuannya menikmati waktu dengan pernah menginjakkan kakinya di kota Suci seperti di Palestina, Yerusalem dan Vatican City. Tempat-tempat yang selalu didambakan oleh umat Kristiani yang mempercayai asal-usul perkembangan Agama yang ada di dunia ini. Menjadi seorang Ibu bukanlah suatu peran yang gampang untuk diperankan. Ibu harus mampu berperan ganda, disamping melahirkan, Ibu harus mampu memberi makanan rohani dan badani yang cukup, mendidik, membiayai hidup mereka dan jikaditinggal suami, harus mampu menjadi ayah sekaligus ibu yang bijaksana dan tangguh.

Untuk mewujudkan mimpi, maka saya mulai tahun 2015 akan menyisihkan uang gaji ataupun rezeki yang saya dapatkan untuk ditabung agar Ibu diakhir tahun 2015 dapat melakukan wisata Rohaninya ke tempat-tempat wisata Rohani yang saya sebutkan diatas. Walau Ibu saya sudah senang dengan keadaan sekarang, dimana abang sudah menikah, saya sudah bisa memberikan sepasang cucu, tetapi itu tidak cukup, saya bertekad untuk mengongkosi beliau berwisata Rohani ke Yerusalem. Semoga direstui Yang Maha Kuasa dan ada rezeki dalam mewujudkan mimpi ini. Inilah harapan saya di Hari Ibu dan diakhir tahun 2014 ini. Selamat Hari Omak yah Ibu, Semoga Ibu sehat, Panjang Umur dan diberi Kesehatan. Selamat Ibu....!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline