Cuci Tangan Rame-rame oleh SD N 060793 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS, dari singkatannya saja kita sudah mengerti akan arah dari program yang sudah sering kita dengar. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, merupakan karakter yang harus dibiasakan sejak dini sehingga terbentuk paradigma sehat dalam diri kita yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina sosial (sosial support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002)
Belajar bersama bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar, harus diawali sejak usia dini
Namun kenyataannya, PHBS ini belum diterapkan dengan baik dan benar di lingkungan keluarga, masyarakat bahkan dilingkungan sekolah sebagai wadah awal keberhasilan program ini. Sekolah yang merupakan sarana interaksi antara Guru sebagai pendidik dengan para siswa tidak menerapkan bagaimana sebenarnya berperilaku yang baik untuk kesehatan dirinya dan untuk bekal kebiasaan baik di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sangat susah memang untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik dan sehat. Cita-cita Indonesia sehat yang ditandai dengan anak-anak yang sehat, cerdas dan terampil harus dimulai dari rumah. Rumah adalah akar pendidikan karakter sehingga menghasilkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang beradab.
Sehabis olah raga, baiknya cuci tangan sebelum ke kantin dan makan bekal dari rumah
Mengharapkan anak berkarakter dari sekolah tidaklah mungkin, peran Orang Tua dalam mendidik agar berperilaku hidup bersih dan sehat sejak dini sangat diharapkan, sehingga saat menginjak bangku sekolah, anak-anak bangsa tinggal dipoles sedikit lagi dengan metode-metode PHBS yang baik dan benar. Dalam tulisan ini, penulis merangkum bagaimana kegiatan-kegiatan PHBS yang baik dan benar yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah binaan SMA Negeri 13 Medan sebagai sekolah yang telah meraih titel Sekolah Adiwiyata Nasional.
Cuci tangan oleh SD binaan
Sekilas Adiwiyata
Adiwiyata adalah tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptannya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Dalam Adiwiyata ada empat indikator atau tolak ukur yang harus dilaksanakan oleh sekolah-sekolah, antara lain :
-Sekolah harus menerapkan kebijakan berwawasan lingkungan hidup, artinya sekolah tersebut memiliki dasar yag kuat untuk menciptakan lingkungan yang sehat, bersih yang diwujudkan dalam Visi dan Misi yang harus diterapkan dengan baik oleh seluruh warga sekolah.
-Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, ini masih banyak kita temui sekolah-sekolah baik dari tingkat TK, SD, SMP sampai tingkat SMA yang tidak memiliki kurikulum yang pro akan lingkungan hidup. Terbukti dari 33 sekolah yang diusulkan oleh Pemko Medan bekerjasama dengan BHL Pemprov Sumatera Utara dan BLH Kota Medan, hanya 14 sekolah yang membuka diri dan menerima untuk dibina selanjutnya diusulkan mendapat penghargaan Adiwiyata tingkat Provinsi dan tingkat Nasional. lima Sekolah Dasar, tujuh SMA, satu SMK dan satu SMP.
-Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, sudah pasti kegiatan ini yang mahal hargannya untuk dipraktekkan. Bagaimana tidak, disekolah dan dirumah jika pribadi lepas pribadi mau dan suka rela, tidak malu dan tidak segan untuk melaksanakan kegiatan sederhana yang sifatnya menyelamatkan lingkungan, misalnya: mau membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenisnya, dirumah menyediakan tong-tong sampah, memilah sampah organik dengan anorganik, memanfaatkan kembali sampah-sampah anorganik dan yang lebih sederhana namun bernilai tinggi adalah: berani tidak sering menggunakan bahan-bahan plastik, memanfaatkan bontot, untuk tempat makan, air minum isi ulang.
-Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan, di lingkungan sekolah, kantin seharusnya ramah lingkungan, tidak menjual produk-produk plastik dan bahan kimiawi, mengelola sanitasi lingkungan dan memiliki cadangan air tanah yang bersih.
Pembelajaran melihat jentik nyamuk sejak dini, mengetahui bagaimana perkembangan penyakit mematikan akibat nyamuk.
Dari indikator Adiwiyata ini terlihat jelas bahwa sekolah-sekolah di tanah air belum banyak yang mampu menerapkan PHBS dengan baik dan benar, ini terjadi karena keluarga sebagai gerbang masuk dan keluarnya pola hidup bersih dan sehat belum mampu menularkannya ke lingkungan sekolah. Oleh karena itu adalah tugas kita sebagai orang tua untuk mengajarkan PHBS dengan baik dan benar kepada anak-anak kita sejak dini.
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah dan Keluarga
Dalam mengamalkan PHBS untuk menuju “Indonesia Sehat” tidaklah gampang, peranan dan praktek langsung harus diberikan kepada si anak, sehingga anak harus mengerti dan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal baik dalam kehidupan sehari-hari bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat yang dimaksudkan orang tua. Beberapa hal yang telah dipratekkan oleh ibunya kepada anak-anak adalah :
1.Mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
Perilaku ini adalah perilaku dasar yang harus diterapkan sejak dini kepada anak-anak. Perilaku sehat mencuci tangan sangat banyak manfaatnya, yang paling pasti manfaatnya adalah “Menghindarkan anak dari kemungkinan terkena penyakit DIARE”. Penyakit ini adalah penyakit pembunuh nomor dua setelah ISPA bagi anak-anak Indonesia dan menurut data RISKEDAS 2013 menyebutkan masih 47% masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan yang baik mencuci tangan sebelum makan atau menyentuh makanan.
Bagi sekolah-sekolah setingkat TK dan SD, mencuci tangan sudah menjadi program dan proses pembiasaan yang harus diterapkan. Khususnya bagi sekolah-sekolah Adiwiyata, sekolah tersebut sudah harus memiliki sarana mencuci tangan yang sudah berstandar, di tingkat SD peserta didik sudah harus dibiasakan bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar, ini terlihat dari setiap dokumen yang disertakan, selalu terdapat gambar bagaimana para peserta didik mempraktekkan cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan sabun. Di sekolah kami juga diantara setiap dua kelas telah dibangun wastafel (tempat mencuci tangan) yang dilengkapi dengan lap tangan dan sabun cuci tangan. Ini menandakan bahwa mencuci tangan adalah point yang pertama dan utama dalam menjaga kesehatan diri.
Namun sayang, pihak sekolah selalu mengalami kendala menyangkut sifat, tabiat dan kebiasaan para murid yang masih rendah kesadarannya untuk menjaga lingkungan dengan menjaga sarana sekolah. Banyak murid yang merusak sarana tersebut, misalnya membuang tempat sabun, menghilangkan lap tangan dan yang paling parah adalah mematahkan kran air wastafel dan saluran airnya. Sementara dana yang tersedia untuk menjaga kelestarian lingkungan taman, saluran air (drainase) sangat terbatas dari Komite Sekolah maupun dari Dana BOS, sementara dari pihak lain hampir tidak ada bantuan.
Hari cuci tangan sedunia diperingati dengan mencuci tangan yang benar oleh SD N 060899
Pembelajaran bagaimana cara mencuci tangan yang baik oleh SD St. Ignatius Medan.
Gerakan cuci tangan sebelum makan juga dipraktekkan di SMA, Bukti bahwa cuci tangan adalah kegiatan yang paling ampuh mengatasi penyakit masuk ke dalam perut.
Pun keluhan dari sekolah-sekolah binaan mengeluh akan hal yang sama. Kesadaran para siswa untuk menjaga kelestarian lingkungan sangat rendah. Terutama untuk tingkat anak-anak. Sangat dibutuhkan kesabaran dan ketabahan serta pantang menyerah untuk membiasakan anak-anak mencuci tangan menggunakan air bersih dengan benar menggunakan sabun dan menjaga sarana cuci tangan disekolah masing-masing.
2.Kebiasaan Menggosok Gigi Pagi dan Malam.
Untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi kegiatan yang paling tepat adalah menggosok gigi minimal 2 x sehari. Gosok gigi bagi anak sejak usia dini akan memberikan berjuta manfaat bagi anak-anak. Dengan gigi yang kuat dan sehat, maka penyakit dapat dicegah dan makanan dapat digigit dan dikunyah dengan sempurna agar dapat dicerna oleh perut dengan baik. Namun, sekali lagi kebiasaan ini mulannya sangat sukar diterapkan oleh ibu dan ayah kepada anak-anak. butuh proses yang agak lama menyadarkan anak agar mau sikat gigi.
Kegiatan menggosok gigi yang dipraktekkan di sekolah, mengajarkan bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar
eits, salah tuh, gini yang benar. Guru mempraktekkan cara menggosok gigi yang baik
Penulis alami sendiri, baru setelah umur 2,5 tahun mau sikat gigi, jika kemarin-kemarin sangat payah. Cara simpel yang ayah atau ibu lakukan adalah menyikat gigi didepan anak-anak dengan memberikan pemahaman akan arti pentingya sikat gigi. Akhirnya anak sadar sendiri dan sekarang malah mengingatkan kami agar menyikat giginya saat memandikan mereka. Di sekolah-sekolah binaan kami, mereka juga tidak lupa mempraktekkan dan mensosialisasikan kebiasaan sikat gigi dan manfaatnya bagi kesehatan para peserta didik mereka untuk kesehatan mereka.
3.Memelihara Kuku Tangan dan Kaki Agar Bersih dan Pendek
Hal sepele yang sering terlewatkan adalah menjaga kuku anak, penulis sering lalai dalam hal ini. Beruntung, ibu dari anak-anak selalu ingat akan kebiasaan ini, walau harus sering mengakibatkan si anak menangis karena ibu setengah memaksa untuk menggunting kuku tangan dan kaki sebatas ujung jari sangat penting menghindari anak-anak dari berbagai penyakit, khususnya cacingan dan diare, karena pada dasarnya anak-anak kecil umur 2 tahun ke atas sangat suka menggigit-gigit jarinya atau mengisap jempolnya. Padahal aktifitas mereka sebelumnya kita tidak tahu, apakah dia barusan pegang-pegang mainan, main tanah, dan lain sebagainya.
Di sekolah juga saat sekarang ini, Guru sudah sering lalai memperhatikan jari-jari tangan anak didiknya. Khususnya ditingkat SMP dan SMA, peserta didik sekarang sudah banyak yang memanjangkan kukujari-jarinya, bahkan semuannya. Dan sekarang ada trend tidak hanya wanita yang mengkutek (mencat) jari-jari tangannya, sudah ada cowok yang menghias jari tangannya dengan warna-warni dan dipanjangkan. Guru tidak berani lagi untuk mengingatkan bahkan menghukum atau menggunting sendiri kuku jari tangan siswannya yang kedapatan memelihara kuku panjang-panjang. Apa sebab? karena tidak mau ambil resiko dengan akibat hukuman fisik yang diberikan. Palingan hanya dinasehati “besok digunting yah!”, atau yang lebih parah guru berkata dalam hati “ini kan bukan kerjaan aku, biar aja BP/BK atau PKS Kesiswaan yang mengurusnya, saya tidak mau capek-capek, saya kan mengajar mata pelajaran ini, bukan mengurusi kuku. Toh mereka sudah dewasa kok, nanti dimarahi malah nga terima dan dijuluki guru sok tau”.
4.Memelihara Rambut Agar Pendek dan Rapih.
Dunia pendidikan kita kembali terjebak dengan Peraturan Cara berpakaian yang rapih dan cara memelihara rambut agar pendek dan rapi. Sekolah sekarang sudah tidak memperdulikan lagi bagaimana cara berpakaian yang rapi dan sopan juga bentuk rambut yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Berpakaian yang sopan disekolah adalah memasukkan baju ke dalam celana, bukan dikeluarkan namun praktekknya, peserta didik sudah banyak yang mengeluarkan baju dan yang paling menyedihkan adalah menguncupkan ujung celana sekolah mereka. Fenomena menguncupkan celana ini sudah terjadi bertahun-tahun dan sekolah sepertinya tidak mampu mencegahnya walau sudah dilakukan berbagai upaya pencegahan.
Demikian juga dengan fenomena rambut dengan berbagai model rambut yang tidak mematuhi aturan sekolah. Banyak model muncul sekarang ini untuk mengelabui peraturan sekolah tentang panjang rambut yang tidak kurang dari 8 – 10 inchi. Oleh karena itu kesadaran untuk menjadi diri sendiri, tidak ikut-ikutan teman atau orang lain sangat perlu diterapkan dari rumah. Anak harus diajarkan memiliki karakter dan kepribadian sendiri, mandiri, tidak mudah terpengaruh apalagi ikut-ikutan. Ini adalah tugas orang tua.
5.Rajin Minum Air Putih yang Bersih dan Sehat
Hidup di perkotaan dengan mengandalkan air minum depot dan Aqua galon adalah pilihan terbijak daripada menggunakan air minum dari PAM maupun dari air bor. Namun lagi-lagi kita dihadapkan akan kualitas dan tingkat kehigienisan air minum depot maupun Aqua dengan berbagai merek yang beredar. Sekali lagi, kebijakan Ibu untuk menyehatkan anak-anaknya dituntut. Ibu dari anak-anak saya memiliki pemikiran bahwa air yang dimasak akan lebih sehat diminum.
Walau telah membeli air Aqua asli sekalipun dan memiliki Dispenser, Ibu dirumah selalu memasak air galon tersebut terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dispenser. Jadi ceritanya begini, Ibu membeli air galon lalu dituangkan ke dalam ember yang besar, setelah itu dimasak sampai mendidih, setelah itu baru dituangkan ke dalam aqua galon dan tempatkan di dispenser. Ini untuk mencegah segala akibat yang ditimbulkan, lebih baik mencegah daripada mengobati.
6.Mengkonsumsi Makanan yang Sehat, Alamiah
Membiasakan anak-anak untuk tidak biasa jajan, tetapi makan makanan yang alamiah sudah sangat sulit sekarang ini. Anak-anak sekarang sudah lebih memilih makanan instan daripada makanan yang alamiah. Oleh karena itu adalah tugas orang tua untuk membiasakan anak-anak makan nasi, sayur, makanan khas daerah daripada makanan instan yang ternyata memiliki zat-zat kimia.
Kantin di sekolah juga harus lebih banyak menyediakan makanan-makanan khas daerah yang dapat dinikmati oleh peserta didik dengan baik. Kantin yang higienis, memiliki variasi makanan, bergizi seimbang, tidak menjual makanan yang memiliki zat pewarna, menghilangkan penggunaan plastik akan menjadikan PHBS berjalan dengan baik.
7.Membuang sampah tepat pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah
Perilaku ini adalah perilaku yang paling payah diterapkan di lingkungan keluarga, masyarakat juga sekolah. Masalah sampah ini adalah masalah yang pelik karena menyangkut kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sampah yang kita hasilkan harus ditanggung akibatnya oleh orang lain karena ketidak mampuan kita untuk mengamankan sampah pribadi kita. Perilaku habis makan buang sampah sembarangan telah merusak lingkungan kita. Oleh karena itu PHBS akan berjalan dengan baik dan benar jikalau setiap individu memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenisnya.
Sekolah-sekolah Adiwiyata khususnya telah memiliki 3 tong sampah untuk jenis sampah yang berbeda, (1) tong sampah organik, untuk jenis sampah organik (sampah-sampah yang dapat diuraikan oleh tanah menjadi kompus/humus untuk menyuburkan tanah). Biasanya sampah-sampah organik ini diangkut dan ditempatkan di bak sampah yang diolah menjadi kompos yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman-tanaman sekolah juga untuk di jual atau dipasarkan. (2) tong sampah anorganik, untuk sampah-sampah yang tidak dapat diuraikan oleh tanah namun harus ditangani lebih serius, biasannya plastik bekas, kaleng, minuman botol, pipet, bekas pulpen, spidol, dan lainnya yang apabila dibakar akan merusak lingkungan, ditanam ditanah butuh waktu 300 tahun diuraikan oleh bakteri tanah, sehingga langkah tepatnya adalah di daur ulang dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sehingga bermanfaat bagi kita semua. (3) tong sampah untuk kertas, yang berguna menampung sampah-sampah kertas, karena sekolah pasti menghasilkan sampah kertas. Contoh sederhana dari pengumpulan sampah kertas ini agar gampang dipilah dari sampah anorganik, karena kertas ini gampang di daur ulang menjadi produk dari bubur kertas yang langsung dipraktekkan anak-anak saat pelajaran Kimia, Biologi, Prakarya/Kewirausahaan dan Muatan Lokal.
8.Tidak Merokok di Sekolah
Larangan ini sekarang ini bagaikan buah simalakama, jika diterapkan dengan keras dan sesuai dengan yang dituangkan dalam peraturan sekolah maka akan banyak orang tua komplain dan sekolah mengalami masalah karena mengeluarkan anak yang kedapatan merokok disekolah, namun jika tidak diterapkan maka sekolah menjadi tempat merokok diwaktu-waktu tertentu. Hal ini kami alami, walau telah menjadi sekolah Adiwiyata bukan menjamin peserta didiknya berperilaku hidup sehat dan bersih. Karakter yang mereka bawa telah merusak suasana sekolah.
Memang mereka tidak terang-terangan merokok, sekarang Kamar mandi (toilet) laki-laki sudah berubah fungsi menjadi tempat merokok bagi sekelompok peserta didik dijam-jam tertentu dan dikala pengawasan guru merenggang. Jam istirahat pertama dan kedua, bahkan sore hari saat ekskul berlangsung toilet sudah dipenuhi puntung-puntung rokok yang bersebaran. Berapa kali murid kedapatan merokok, saat dinasehati, murid ngeless dengan berkata “dirumah saya di ijinkan merokok pak”. Saat dikonsultasikan dengan orang tua, yang parahnya orang tua malah membela anaknya yang merokok, disinilah dilema sekolah.
Nah, ternyata tidak gampang untuk menerapkan program PHBS agar terlaksana dengan baik dan benar. Sangat banyak tantangan yang kita hadapi, mulai dari proses penyadaran yang membutuhkan waktu, pembiasaan yang harus datangnya dari diri sendiri serta penerapannya yang mengalami banyak rintangan. Di rumah contoh kecil untuk menyapu rumah atau menyuci piring antara satu anak dengan anak yang lain saling suruh menyuruh, tidak ada kesadaran sendiri untuk mengerjakannya. Demikian juga disekolah, siswa yang memiliki kesadaran sendiri saat bergotong-royong Jum’at bersih bekerja bergotong-royong untuk membersihkan lingkungan sekolah, namun banyak siswa lain yang berpangku tangan, harus disuruh oleh gurunya baru mau kerja, bahkan ada yang lari ke kantin, bersembunyi dan main petak umpet dengan wali kelasnya atau guru lain yang sedang mengawasi.
Sehingga yang terjadi malah yang rajin jadi merasa korban dan ikut-ikutan kawan-kawannya yang tidak rajin, demikian juga dengan guru-guru yang lain yang merasa bahwa Adiwiyata ini memiliki pendapatan yang banyak, tetapi mereka lupa bahwa Adiwiyata ini adalah sifatnya partisipatif, artinya: Kesadaran untuk berpartisipasi menjaga Lingkungan hidup dimana kita berada dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menuju “Indonesia Sehat”.
Sebab, pepatah mengatakan : “Saya dengar dan saya lupa; Saya melihat dan saya ingat, Saya lakukan dan saya mengerti”. Semoga.
Medan, 24 Desember 2014 : 13.33 Wib.
Ayo biasakan cuci tangan sebelum menyentuh makanan....!!!