Lihat ke Halaman Asli

Agus Subali

Penikmat keheningan.

Gestok 1965: Operasi Militer Rahasia berdampak Malapetaka bagi Indonesia

Diperbarui: 28 September 2023   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Soekarno bertemu Jenderal AH Nasution dan  Mayor Jenderal Soeharto di Istana Merdeka pada 1966. Sumber gambar: Kompas.com

 

Akhir Juli 1965 kondisi kesehatan Presiden Soekarno semakin memburuk. Pagi hari, Rabu 4 Agustus 1965--saat berada di Istana Tampaksiring, Bali--Presiden Soekarno mengalami pusing, muntah-muntah, dan pingsan. Dokter yang didatangkan dari China memvonis; kondisi terbaik adalah kelumpuhan dan kondisi terburuk adalah meninggal dunia.

 ---

Di kalangan elite politik Indonesia timbul keresahan: Apa yang akan terjadi jika Presiden Soekarno mangkat? Siapa yang menggantikan? 

Sejak Moh.Hatta mengundurkan diri  pada 1 Desember 1956, Presiden tidak didampingi wakil yang secara konstitusi bisa mengambil alih kendali pemerintahan jika presiden berhalangan.

Situasi politik Indonesia tampak sulit--dan memang sulit. Presiden Soekarno sudah didaulat sebagai presiden seumur hidup sesuai TAP MPRS Nomor III/MPRS/1963. 

Menjadi sangat tabu bicara regenerasi kepemimpinan selagi Presiden Soekarno masih ada. Mendung gelap menyelimuti Istana Merdeka. Dan sepertinya semakin suram dan tidak jelas.

Nasakom

Presiden Soekarno punya peran sentral sebagai penyeimbang kekuatan politik di Indonesia. Cara pandang Bung Karno yang menghimpun beragam idiologi sebagai sumber daya politik Indonesia tampak dari idiologi Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis). 

Di forum internasional Presiden Soekarno selalu membanggakan; Indonesia adalah laboratorium politik paling lengkap di dunia. Keberadaan idiologi tersebut membuat PKI merasa nyaman.

Sakitnya Bung Karno menjadi pemicu bersiapnya berbagai kelompok politik untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi kelompoknya--terutama PKI. 

Kehilangan Bung Karno, bagi PKI adalah kehilangan patron pengayom. Kondisi politik yang sebelumnya sudah panas semakin panas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline