Pada 2004, Yunani juara Euro. Torehan sejarah sepak bola yang menarik. Terlampau menarik. Tak ada yang menduga, tak ada yang meramalkan. Tapi kenyataannya Yunani adalah juara Euro 2004. Apakah Yunani beruntung? Bisa dikatakan iya. Keberuntungan yang didapat dengan usaha dan kerja keras
-----
Dunia ini penuh misteri, penuh kejutan, dan penuh kemustahilan. Sesuatu yang tidak mungkin, biasanya bisa terjadi. Dan biasanya itulah yang terjadi.
Dalam olah raga, kejadian semacam itu lumrah. Perebutan Piala Thomas, Mei 2022 juga bisa jadi contoh. India tiba-tiba muncul dari kegelapan dan menyodok final bertemu sang juragan Piala Thomas: Indonesia. Dan India membalik ramalan, dengan menekuk Indonesia 3-0. India adalah contoh kuda hitam yang paling hitam seolah muncul dari lubang hitam.
Dalam banyak hal sesuatu tidak bisa diramalkan: misterius! Memang begitulah fenomena di dunia. Wajar, dan sangat wajar.
Saat ini masih menjadi misteri, "Siapa calon juara Piala Dunia 2022?" Prancis, Argentina, atau Kroasia? Jawabannya adalah Maroko! Pertanyaan dan jawaban tidak nyambung. Memang begitu terkadang peristiwa di dunia. Apa yang kita pikir terjadi, kejadiannya selalu lain.
Maroko Juara
Kenapa memilih Maroko? Pertama, saya sebagai orang Asia, ingin yang lolos juara dunia dari Asia. Harapan itu sudah pupus. Sudah punah. Setelah Korea Selatan dan Jepang harus tersingkir di enam belas besar.
Harapan selanjutnya dari negara Afrika, dan pilihannya cukup mudah, karena tinggal Maroko yang bertahan. Kedua, sudah bosan dengan juara dari Eropa dan Amerika Selatan. Itu lagi, dan itu lagi. Membosankan. Sangat membosankan.
Solidaritas Asia Afrika belum hilang dari ingatan. Meskipun Maroko tidak turut hadir di KAA 1955, Bandung--Maroko lepas dari penjajahan pada 1956. Pertimbangan emosional lebih kuat dari pada teknis matematis. Tidak apa-apa, terkadang melihat grafik dan statistik berujung kesimpulan yang salah. Yunani dan India buktinya.
Grafik Maroko lebih inferior dibanding kandidat lainnya. Catatan terbaiknya sebelumnya adalah masuk enam belas besar pada 1986, saat Piala Dunia di Meksiko. Itu sudah lama sekali. Namun, hal itu bukan sebuah vonis untuk gagal. Lihat saja Jerman, Italia, Brasil, dan Portugal sudah wafat sebelum finis. Wafatnya pun ada yang menyedihkan. Ditekuk oleh kekuatan negara yang tidak diunggulkan.