Lihat ke Halaman Asli

Agus Subali

Penikmat keheningan.

Dilema Indonesia: Kuasai Nuklir Sekarang atau Jadi Bulan-bulanan di Masa Depan

Diperbarui: 11 Maret 2022   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

roket RX450-5 yang dikembangkan untuk mengorbit satelit. sumber:LAPAN

                                                           

"Insya Allah dalam waktu dekat ini, Kita akan berhasil membuat bom atom sendiri."-- Soekarno, Juli 1965.

                         -----

Thomas Robert Maltus--pakar demografi Inggris-- pada 1798 sudah memprediksi ancaman kelangkaan pangan. Menurut Malthus, pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung, sedangkan pertumbuhan  penduduk mengikuti deret ukur.

Kelaparan akan terjadi, potensi rebutan tidak terhindarkan. Ancaman perang membayang. Jika rebutan maka yang kuat akan menang, yang lemah tersingkir: Mesin survival of the fittest bekerja.

Pada 2022 menurut data Wordometer, jumlah manusia mencapai 7,9 milyar. Orang yang tidak mendapatkan nutrisi layak pada 2020 menurut rilis PBB mencapai 2,4 milyar orang.

Pada 2050 dalam World Population Prospects 2019, populasi manusia diprediksi mencapai 10 milyar. Angka kritis bagi lingkungan dan juga ancaman bagi manusia itu sendiri. Besarnya populasi adalah bom waktu. Sebagaimana karakter gunung Krakatau: menciptakan dirinya dan menghancurkan dirinya.

Setiap negara berusaha sekuat tenaga menyuapi mulut rakyatnya. Memberi karbohidrat, protein hewani dan juga asupan energi. Saat kenyang manusia lebih mudah diatur. Politik akan  cenderung stabil. Orde Baru sudah membuktikan. Untuk mencapai itu, dibutuhkan banyak ruang dan sumberdaya pastinya.

Faktanya, ruang daratan semakin sempit. Maka, laut dan ruang udara menjadi ajang rebutan baru. Perang perbatasan semakin meningkat, klaim laut dan ruang udara yang imajiner semakin seru--menegangkan dan mematikan.

Banyak Penduduk

Negara dengan jumlah penduduk besar; China, India, Indonesia dan Pakistan pastinya dibuat sibuk. Sedangkan negara maju tidak akan menurunkan tingkat kesejahteraan rakyatnya. 

Benturan kepentingan tidak akan terhindarkan. Prinsip "negara lain boleh kelaparan, rakyat sendiri harus tetap kenyang", dianut banyak negara. Prinsip mengamankan kepentingan nasional berada di atas segalanya.

Distribusi sumberdaya tidak lagi bermotif saling menguntungkan, tapi perilaku menang kalah. Sama dengan model begal:  todongkan senjata lalu ambil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline