Lihat ke Halaman Asli

Agus Subali

Penikmat keheningan.

Berjiwa Pahlawan di Tengah Pagebluk Iklim

Diperbarui: 16 November 2021   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bencana iklim menjadi ancaman serius terutama bagi masa depan anak-anak (sumber gambar: UNICEF)

Intensitas bencana di tanah air semakin meninggi. Skala keseringan maupun derajat dampaknya. Mulai banjir, tanah longsor, puting beliung sampai banjir rob. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang 1 Januari--31 Oktober 2021, ada 2.208 bencana. 

Dari jumlah tersebut sebanyak 1924 (87%) bencana hidrometeorologi basah. Kerugiannya menurut Kepala BNPB, Doni Monardo, mencapai Rp22 trilliun per tahunnya. Sedangkan di seluruh dunia, sepanjang paruh pertama 2021, menurut perusahaan reasuransi Swiss Re, mencapai Rp1000 trilyun.

Menurut ilmuwan ini adalah dampak dari Green House Effect (efek rumah kaca). Emisi karbon seperti karbon dioksida (CO2), dan karbon monoksida (CO), menutupi lapisan atmosfer, sehingga menghalangi pantulan cahaya matahari yang harusnya lepas ke luar angkasa. 

Akibatnya suhu bumi meningkat. Muncullah fenomena La nina, yang mampu memunculkan hujan dengan intensitas tinggi disertai badai ekstrem. Sedangkan di sisi lain, El Nino memunculkan panas ekstrim di berbagai belahan dunia. Pada musim panas 2003, gelombang bahang menewaskan lebih dari 15.000 kematian di Prancis, 20.000 korban di Italia. Kejadian panas ekstrim di Eropa berulang pada 2019.

Tercatat Indonesia menyumbang emisi karbon sekitar 36.153 juta ton (MtCO2) sejak 1960-2017. Jumlah itu setara dengan 1,34% emisi global. Tidak bisa dinafikan, kerusakan alam yang terjadi adalah efek langsung dari pembangunan. 

Atas nama pembangunan pula, Hutan Hujan Tropis yang berfungsi sebagai mesin pembersih udara ditebang, diganti komoditas sawit. Aktivitas ini menyebabkan bencana ganda. Pertama, kehilangan plasma nutfah baik flora dan fauna.

Hutan Hujan Tropis adalah habitat bagi primata, burung, reptil dan serangga. Deforestrasi bisa memusnahkan kekayaan hewani dan hayati yang hidupnya ditopang oleh hutan. 

Ekosistem akan goyah jika salah satu elemennya punah. Kedua, hilangnya fungsi hidrologi dan meteorologi pada hutan. Hutan berfungsi mengatur tata kelola air sekaligus  aliran udara. Hutan bisa menjadi pemecah badai sehingga intensitasnya akan melemah.

Pahlawan Iklim

Setiap Sepuluh November, rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Ini sebagai pengingat bahwa, kemerdekaan dipertahankan dengan keringat, air mata, darah serta nyawa. 

Walaupun harus  bertarung dengan pemenang Perang Dunia II, Sekutu--Inggris. Perang hebat tersebut mengakibatkan  20.000 rakyat Indonesia meninggal, 150 ribu mengungsi. Dari pihak sekutu tercatat 1.600  meninggal. Kerugian harta benda akibat Perang Surabaya diperkirakan mencapai ratusan trilliun rupiah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline