Lihat ke Halaman Asli

Agus Subali

Penikmat keheningan.

Teori Evolusi: Sebuah Kontroversi yang Lahir dari Hobi Berburu Kerang

Diperbarui: 21 November 2022   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

the Beagle, kapal layar yang membawa Darwin menelusuri pantai Barat Amerika Selatan (gambar: wikipedia.org)

           

"Leluhur manusia berasal dari hewan air...dengan dua jenis kelamin ada di satu individu. Leluhur yang lebih mutakhir adalah hewan berambut dan berkaki empat, punya ekor dan telinga panjang lancip" (Charles Darwin dalam the Descent of Man)

                                                                                                                                                                          ------------

Setelah on the Origin of Species yang terbit pada 1859, Darwin meluncurkan karya kedua  The Descent of Man pada 1871: Tetap menghebohkan, meskipun tidak seheboh Origin. Ledakannya masih kuat namun tidak terlalu mengejutkan. Seolah, orang sudah siap dengan tulisan yang lebih kontroversial setelah membaca Origin.

Lihat dengan cermat kutipan buku The Descent of Man di atas. Dengan membayangkan sedikit, Anda langsung menyimpulkan: kedengarannya seperti cumi-cumi dan kera! Sama, saya, juga menerka begitu. Dan memang iya meskipun agak berbalut multi tafsir. Di situlah puncak kontroversinya.

Saat ini saja--dengan era keterbukaan yang tinggi--masyarakat masih banyak yang antipati dengan teori Evolusi. Apalagi dulu, saat tidak ada pemikiran alternatif, selain dari sumber otoritas resmi; baik keagamaan maupun pemerintahan. Pastinya banyak orang yang kejang mendengar hentakan teori yang belum pernah terdengar oleh telinga sebelumnya.

Munculnya sebuah karya legendaris berbalut kontroversi tidak bisa dilepaskan dari riwayat hidup penciptanya. Begitu juga dengan kemunculan teori Evolusi. Lahir dari sebuah hobi. Ketika hobi bertemu penunjangnya, maka akan memunculkan spesialisasi: kepakaran di bidangnya, apa pun itu.

Dan pastinya setiap orang punya hobi. Mulai berburu, memancing, main volly atau bengong. Itu sebuah pilihan. Masuk ranah privasi. Siapa pun yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Hobi bisa menunjukkan arah, ke mana akhirnya kita terdampar: meskipun tidak selalu.

Seperti penghuni awal masyarakat Nusantara yang hobinya berlayar. Karena tidak tahu bahwa arah perahunya menuju samudera lepas--dengan keterbatasan teknologi saat itu--akhirnya terbawa ombak. Tidak tahu arah dan tidak bisa pulang. Akhirnya mereka terdampar. Menjadi penghuni pulau Madagaskar di Afrika. Jarak yang ditempuh kurang lebih 6.625 km, dengan perahu bercadik tradisional, melawan ganasnya samudera Hindia. Seakan mustahil, namun itu nyata dan terjadi. Dan masyarakatnya masih ada sampai hari ini.

Pun Charles Darwin, tokoh Evolusi yang terkenal itu. Kuliah di Edinburgh University jurusan kedokteran. Namun, hobinya keluyuran di alam: mulai pinggir pantai, gunung dan juga hutan. Ngumpulin batu, nembak burung, ngoleksi cangkang kerang, dan menangkap kumbang. Alasannya, dunia kedokteran tidak menimbulkan suka cita saat mempelajarinya. 

Darwin dalam kadar tertentu bisa digambarkan: Muntah kalau lihat darah, pusing kalau melihat alat bedah. Sebaliknya begitu bergairah berada di alam.

Ayahnya yang juga seorang dokter, sempat ngomel "Kamu tak peduli apa-apa. Selain menembak dan menangkap tikus. Kamu akan mempermalukan diri sendiri dan keluargamu" Tekanan orang tuanya tak menyurutkan niat "berperilaku aneh". Sepertinya Darwin mewarisi tingkah laku kakek buyutnya yang juga mendapat label "orang penyuka keanehan".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline