Lihat ke Halaman Asli

Agus Subali

Penikmat keheningan.

Bom Atom, Soekarno dan Buku

Diperbarui: 6 Agustus 2022   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               sumber: KOMPAS.com

 

Hancurnya Hiroshima dan Nagasaki ibarat membuka jalan menuju kemerdekaan. Bom atom yang dijatuhkan Amerika tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, mengakibatkan kurang lebih 214.000 ribu warga sipil Jepang meninggal seketika. 

Jepang akhirnya mengibarkan bendera putih, dan menyatakan menyerah tanpa sarat. Karena peristiwa itulah pada akhirnya Indonesia punya kesempatan untuk memerdekakan diri; mengambil momen kekosongan kekuasaan, Vacuum of Power.

Pengeboman dua kota dengan senjata pemusnah massal, adalah cara kotor Amerika untuk memenangkan perang dan menghentikan agresifitas Jepang dalam perang dunia II. 

Amerika, merasa tidak bersalah, karena Jepang juga melakukan hal yang sama. Jepang pernah melakukan pengeboman pangkalan militer Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, tanggal 7 Desember 1941. Amerika serasa ditampar dan dipermalukan di dunia internasional. Padahal perjanjian perang antara Jepang - Amerika belum ditabuh.

Menyelami Soekarno

Mendirikan negara Indonesia bukanlah perkara mudah. Dengan jumlah pulau mencapai 17.500-an pulau. Wilayah membentang sejauh 5.106 km, dari barat ke timur. Sepadan jarak London-Bagdag. Jika wilayah Indonesia ditaruh di atas Eropa maka seluruh Eropa tertutup. Pada waktu diproklamasikan, berpenduduk  70 juta jiwa. 

Sedangkan yang melek huruf hanya 6% saja. Sebuah gambaran betapa nekadnya apa yang dilakukan oleh Soekarno dan kawan-kawan. Bahkan ketika masuk ke Istana Merdeka, sebagai kediaman Presiden, yang tertinggal hanya 1 gelas plastik. Tidak ada yang disisakan oleh Jepang, semua diangkut. Indonesia betul-betul miskin dalam arti sesungguhnya.

Soekarno adalah tokoh sentral, lahirnya negara Indonesia. Tanpa mengerdilkan kiprah pejuang kemerdekaan lainnya. Tanpa kehadiran Soekarno rasanya kebangsaan Indonesia yang dibangun akan berbeda. Siapapun harus mengakui sosok Soekarno adalah pemersatu bangsa yang bernama Indonesia.

Soekarno menyandang gelar insinyur dari THS (Technische Hoogeschool) Bandung yang (sekarang ITB) pada tahun 1926. Masa depan gemilang sebenarnya sudah di depan mata. Tawaran pekerjaan dari Belanda sudah menunggu. Namun, Soekarno lebih memilih menjauh dari Belanda dan memilih jalan terjal untuk memperjuangkan bangsanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline