Lihat ke Halaman Asli

AGUS PRANAMULIA

Dosen Ilmu Manajemen Universitas Nusa Bangsa dan Founder Yayasan Rasaning Rasa, tinggal di Bogor

Visi Misi Manusia Nusantara

Diperbarui: 29 September 2023   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENDAHULUAN

Untuk mempertajam sebuah visi pribadi, terutama visi manusia Nusantara diperlukan suatu proses transformasi nilai kearifan lokal yang dimulai dengan pertanyaan umum :"Sebenarnya, kita ini berasal dari mana dan hendak melangkah ke mana. Lalu apa yang harus dilakukan kini, diantara dua titik berangkat dan pulang itu ?

Sebagai bagian dari masyarakat yang berbudaya Nusantara, sudah saatnya kita berupaya serius menjadikan falsafah budaya Nusantara sebagai landasan motivasi dalam gerak laku kita menjalani kehidupan masing-masing. Apapun keberadaan dan fungsi kita hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat digital ini.

PENGERTIAN VISI DAN MISI

Visi adalah merupakan suatu untaian kata yang memuat impian, cita-cita, nilai, masa depan dari suatu individu dan organisasi, baik organisasi yang bertujuan mencari laba maupun organisasi nir laba. Visi juga merupakan sebuah tujuan jangka panjang yang strategis pribadi dan organisasi dalam bekerja. Visi tercipta dari hasil pemikiran-pemikiran yang terkait dengan gambaran masa depan  untuk menentukan Langkah, menginspirasi dan memotivasi pribadi pribadi agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi negara kesatuan republik Indonesia. Karena itu kata-kata dalam visi manusia Nusantara harus ringkas dan jelas dan perlu penjelasan terkait bagaimana rencana stratejik tersebut dijalankan. Di sinilah peranan dari sebuah misi. Misi disusun dalam beberapa kalimat sebagai penjabaran atau penurunan dari sebuah visi dan misi harus memuat berbagai kata kunci  yang dapat menjelaskan secara operasional tujuan dari visi yang sudah ditetapkan tersebut.

VISI MANUSIA NUSANTARA

Ketika kita memasuki kota Bogor terpampang jelas untaian kata berisi nilai-nilai kearifan local dalam mengarungi kehidupan di dunia : "Dinu Kiwari (dalam masa kini), Ngancik Nu Bihari (terdapat nilai-nilai masa lalu), Seja Sampeureun Jaga (untuk bekal masa depan)". Menurut penulis visi manusia Nusantara adalah: "Menjadi Manusia Nusantara yang bisa bertemu dengan Tuhan"

Menjadi manusia yang bertemu dengan Gusti Allah adalah Manusia Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un, manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan hakikat asal muasal kehidupan atau disebut dengan istilah Purwadaksi. Purwadaksi dalam arti : "Manusia yang Mulih Ka Jati Mulang Ka Asal". Sayangnya mayoritas kaum muslimin masih beranggapan bahwa ayat tersebut adalah hanya tentang ayat kematian, bukan ayat siklus kehidupan.  Dalam istilah Jawa manusia Inna Lillahi itu adalah manusia "Sangkan Paraning Dumadi".  Sangkan Paraning Dumadi dalam filosofi Jawa mengajarkan kepada kita bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga dalam mengarungi kehidupan ini harus mendekati nilai-nilai luhur ketuhanan. Nilai-nilai luhur ketuhanan antara lain adalah jujur, adil, tanggung-jawab, peduli, sederhana, ramah, disiplin dan komitmen.

Sedangkan misi dari manusia Nusantara, pertama adalah manusia yang selalu melakukan amal kebaikan. Kedua adalah manusia yang senantiasa berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misi ini dikenal juga dengan istilah Memayu Hayuning Bawana yang mengajarkan nilai-nilai luhur tentang bagaimana manusia itu harus hidup dalam kebenaran, keseimbangan, dan keharmonisan dengan alam, sesama manusia, dan Tuhan. Konsep ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari dengan cara menjaga keindahan dunia.

Dalam bidang lingkungan, dapat diterapkan dengan cara merawat kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar kita seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak tanaman atau hewan liar, tidak melakukan pembakaran hutan atau lahan, dan sebagainya. Dalam bidang sosial, dapat diterapkan dengan cara menjalin silaturahmi yang baik dengan kerabat keluarga, tetangga, sahabat, rekan kerja, dan masyarakat, seperti saling menyapa, saling membantu, saling menghormati, saling memaafkan, dan sebagainya. Dalam bidang spiritual, dapat diterapkan dengan cara melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau keyakinan kita, seperti sholat lima waktu bagi umat Islam, beribadah ke gereja bagi umat Kristen atau Katolik, meditasi bagi umat Buddha atau Hindu, dan sebagainya.

KEGUNAAN VISI DAN MISI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline