Lihat ke Halaman Asli

AGUS SJAFARI

DOSEN FISIP UNTIRTA, KOLOMNIS, PEMERHATI MASALAH SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

Berqurban untuk Siapa?

Diperbarui: 19 Juni 2024   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BERQURBAN UNTUK SIAPA?

Oleh: Agus Sjafari*

 Setiap tanggal 10 Dhulhijjah seluruh ummat muslim di dunia akan merayakan hari raya Idul Adha yang ditandai oleh ritual keagamaan yang kita kenal dengan qurban. Sehingga lebaran idul adha seringkali disebut juga dengan lebaran idul qurban. Aktivitas berqurban ditandai dengan adanya penyembelihan hewan qurban baik itu dalam wujud binatang sapi, kerbau, kambing, domba, dan unta. Mengapa jenis hewan -- hewan  itu yang dipilih dan bukan dari jenis hewan yang lain?.

Secara teologis historis bahwa turunnya perintah wahyu kepada Nabi Ibrahim as (alaihi salam) melalui mimpi untuk menyembelih puteranya yaitu Nabi Ismail as, ternyata dalam pelaksanaan penyembelihannya kemudian secara simbolis ditukar oleh malaikat dengan seekor domba. 

Penggambaran domba tersebut sebagai gambaran bahwa Allah SWT tetap menyelamatkan Nabi Ismail as, karena dalam Islam tidak mengenal persembahan dalam bentuk manusia. Visualisasi hewan tersebut kemudian dijadikan sebagai hewan yang dipilih yaitu domba dan sejenisnya. 

Secara biologis beberapa hewan tersebut adalah jenis -- jenis hewan yang suci dan tidak najis dikarenakan hewan -- hewan tersebut tergolong hewan pemakan tumbuh -- tumbuhan sehingga menjadi pilihan yang terbaik. Hal lainnya adalah hewan -- hewan tersebut mengandung sejumlah daging yang banyak sehingga sangat layak untuk dibagi -- bagikan kepada orang dalam jumlah yang banyak.

Peristiwa mengenai perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahin as melalui mimpi tersebut merupakan peristiwa yang sangat sakral, karena merupakan sebuah bentuk penghambaan tertinggi dari seorang hamba kepada Tuhannya. Dapat kita bayangkan bahwa anak yang sudah lama ditunggu -- tunggu sekian tahun lamanya dan sangat dicintainya itu kemudian diperintahkan untuk disembelih dan dipersembahkan kepada Sang Kholiq. Sepintas peristiwa sakral tersebut sepertinya di luar nalar manusia, namun di balik itu terdapat sebuah bentuk penghambaan tertinggi dari seorang nabi kepada Tuhannya sehingga peristiwa sakral tersebut harus dilakukan.

Bentuk pengorbanan itu tidak saja oleh Nabi Ibrahim as semata, melainkan juga oleh puteranya yang sangat sholeh yaitu Nabi Ismail as. Ketika Nabi Ibrahim as bercerita mengenai risalah mimpinya tersebut kepada Nabi Ismail as, maka Nabi Ismail as yang masih sangat belia menyampaikan dan meminta kepada Ayahandanya untuk segera menunaikannya. 

Permintaan tersebut merupakan sebuah wujud kesholehan yang sangat tinggi dari seorang hamba kepada Allah SWT. Hal ini dapat dimaknai bahwa penghambaan kepada Allah SWT tidak hanya sekedar harta, melainkan juga raganya untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Hal ini juga dapat dimaknai bahwa setiap orang pada akhir hayatnya akan diambil oleh yang maha memiliki yaitu Allah SWT. Secara tauhid, peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as diabadikan dalam pelaksanaan ibadah haji bagi yang sedang melaksanakan serta ibadah qurban bagi yang mampu.

Solidaritas dan Kepedulian Sosial

Agama islam mengajarkan kepada ummatnya untuk memiliki solidaritas dan kepedulian yang sangat tinggi dalam setiap ibadahnya. Ibadah qurban sangat sarat dengan muatan solidaritas dan kepedulian sosial. Melalui ibadah qurban, seorang muslim dianjurkan dengan sangat untuk membagi -- bagikan hewan qurbannya kepada orang lain terutama bagi para fakir miskin yang sangat membutuhkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline