Lihat ke Halaman Asli

AGUS SJAFARI

DOSEN FISIP UNTIRTA, KOLOMNIS, PEMERHATI MASALAH SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

Perempuan dan Feminisme Politik dalam Pemilu 2024

Diperbarui: 7 Mei 2024   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-- Forum Perempuan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumatera Barat menggelar aksi damai di kawasan Jalan Chatib Sulaiman, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (24/2/2019). (KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA)

Oleh: Agus Sjafari*

Bulan April selalu identik dengan bulannya perempuan, jadi bulan April merupakan bulan kebangkitan perempuan dengan Kartini sebagai ikon kebangkitan perjuangan Perempuan Indonesia. 

Bagi kaum perempuan Indonesia, Bulan April memiliki momentum heroik bersejarah yang selalu dijadikan sebagai bulan perenungan, inspirasi, dan energi perjuangan yang kuat untuk menyejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki di segala bidang, termasuk di dalamnya perjuangan politiknya pada pemilu 2024 ini. 

Hal ini menjadi sangat penting bagi kalangan perempuan, agar perempuan Indonesia tidak selalu "dinomorduakan" di tengah-tengah pergulatan politik nasional yang didominasi oleh kaum laki-laki.

Pada dasarnya politik mengandung sebuah kekuasaan untuk mengatur dan memimpin, jadi kalau kaum perempuan tidak tampil daan menonjolkan dirinya dalam bidang politik, maka selamanya akan dilindas oleh kesewenang-wenangan kaum laki-laki. 

Dengan demikian perempuan Indonesia harus mampu melawan rezim politik kaum laki-laki agar tidak selalu diposisikan dalam istilah sosiologi Jawa sebagai "konco wingking" (teman belakang) yang tidak diperhitungkan dalam perpolitikan di Indonesia.

Dalam politik kontemporer dunia, eksistensi politik kaum perempuan sudah banyak yang tampil di depan bahkan mampu menjadi pemimpin negara besar seperti yang kita kenal misalnya Margaret Tatcher yang kita kenal sebagai "The Iron Lady" dan beberapa pemimpin dunia dari kalangan perempuan lainnya. 

Di Indonesia, kita juga pernah memiliki presiden perempuan -- Megawati Soekarnoputri dan beberapa pemimpin daerah yang juga sangat mumpuni. Kalau dilihat dari jumlahnya memang lebih sedikit dari kaum laki-laki, namun dari segi kualitas tidak kalah dibandingkan dengan pemimpin laki-laki. 

Kepemimpinan politik kaum perempuan di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sangat heroik seperti munculnya tokoh pejuang dari kaum Perempuan - Tjoet Nyak Dien di Aceh dan di beberapa daerah lainnya.

Artinya tokoh politik perempuan sudah banyak mewarnai perpolitikan nasional dan daerah. Menarik untuk dianalisis perjuangan politik kaum perempuan dalam pemilu 2024 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline