Lihat ke Halaman Asli

Karena Tombol C dan V Sangat Berdekatan

Diperbarui: 9 Oktober 2024   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sumber : jamescrof

Mengapa Siswa Lebih Memilih Copy Paste daripada Berpikir Kritis?

Perkembangan teknologi digital yang pesat membawa kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam proses belajar mengajar. Namun, di balik kemudahan tersebut, tersimpan ancaman serius yang menggerogoti kualitas pendidikan kita, yaitu maraknya budaya copy paste di kalangan siswa.

Tombo C dan V, singkatan populer dari tombol Control dan V pada keyboard, menjadi alat andal bagi siswa untuk dengan mudah menyalin dan menempelkan informasi dari internet ke dalam tugas sekolah mereka. Kemudahan ini membuat banyak siswa tergoda untuk mengambil jalan pintas dan menghindari proses berpikir kritis yang seharusnya menjadi inti dari pembelajaran.

 

Mengapa Siswa Lebih Memilih Copy Paste?

Beban tugas yang berat seringkali menjadi pemicu utama siswa memilih jalan pintas dengan melakukan copy paste. Ketika dihadapkan pada tumpukan tugas, siswa merasa terbebani dan mencari cara tercepat untuk menyelesaikannya. Kurangnya pemahaman terhadap materi pelajaran juga membuat mereka kesulitan untuk merangkum atau menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri.

Selain itu, tekanan untuk meraih nilai tinggi juga mendorong siswa untuk melakukan copy paste. Dalam sistem pendidikan yang sangat kompetitif, siswa merasa tertekan untuk selalu mendapatkan hasil yang terbaik. Copy paste dianggap sebagai cara cepat dan mudah untuk mencapai tujuan tersebut. Kurangnya pengawasan dari guru juga memperparah masalah, karena siswa merasa aman untuk melakukan plagiarisme tanpa khawatir akan konsekuensinya.

 

Dampak Negatif Budaya Copy Paste

Kebiasaan copy paste yang marak di kalangan siswa membawa dampak negatif yang signifikan terhadap proses pembelajaran. Dengan mudahnya menyalin informasi dari internet, siswa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Mereka menjadi terbiasa mengonsumsi informasi tanpa perlu menganalisis, mengevaluasi, atau menyintesisnya. Akibatnya, kemampuan mereka untuk berpikir secara mandiri dan kreatif semakin terkikis.

Selain itu, copy paste juga merupakan pelanggaran terhadap etika akademik. Menyalin karya orang lain tanpa mencantumkan sumbernya adalah bentuk plagiarisme yang dapat merusak reputasi siswa. Lebih jauh lagi, kebiasaan ini menghilangkan makna pembelajaran yang sebenarnya. Pembelajaran sejati terjadi ketika siswa aktif terlibat dalam proses mencari tahu, memahami, dan mengolah informasi. Copy paste hanya sebatas menyalin informasi tanpa melibatkan pemahaman yang mendalam, sehingga siswa tidak benar-benar belajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline