Salam Sehat...!!!
Maaf sebelumnya, disini penulis bukan bermaksud ingin mengajari bahkan menggurui sahabat Kompasiana, akan tetapi, penulis hanya ingin membagi kisah yang mungkin bermanfaat bahkan mendatangkan kesembuhan bagi pembaca Kompasiana.
Berawal dari penyakit yang diderita oleh mertua penulis. Beberapa tahun yang lalu, seorang lelaki mengalami sakit kencing manis atau diabetes, yang akrab dikenal dengan penyakit gula darah.
Beragam obat dan penyembuhan medis telah dilalui, bukan tidak sembuh, mungkin belum jodohnya. Penggunaan obat kimia yang secara terus menerus membawa dampak baginya. Pendengaran pun berkurang.
Selain itu, pembiayaan pengobatan medis yang cukup terbilang mahal membuat pengguna kehabisan amunisi finansial untuk menjalani pengobatan secara medis.
Dengan demikian, dirinya mengambil inisiatif untuk beralih kepada pengobatan tradisional. Datang kepada orang yang dianggap mahir untuk menyembuhkan penyakit diabetes nya secara tradisional, diberi ramuan, akan tetapi biaya perobatan tradisional tersebut masih terbilang cukup mahal
Kadar gula dalam dara mulai stabil dengan mengkonsumsi ramuan tersebut, namun ramuan yang terbilang mahal masih membuat pengguna kewalahan untuk membelinya. Dan pada akhirnya, dirinya mengetahui bahan apa yang di gunakan sebagai obat tradisional tersebut, "Akar atau batang pandan duri"
Dikutip dari Wikipedia bahwa Pandan duri, pandan tikar, pandan samak, atau pandan pudak adalah sejenis tumbuhan serupa pohon, anggota suku Pandanaceae. Ia tersebar di seluruh pantai-pantai dan pulau-pulau di kawasan Asia Selatan dan Timur sampai ke Polinesia.
Setelah mendapatkan resep obat tradisional tersebut, dirinya bergegas mencari akar atau batang pandan duri di pesisir pantai Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Telah didapatkan, Akar atau batang pandan duri. Selanjutnya, diambil beberapa bagian untuk dilakukan pembersihan dan selanjutnya dipotong-potong untuk dicuci, sertakan langkah selanjutnya direbus agar menjadi teh.